Mengungkap Mitos Kehebatan Susu Sapi
Sejak masih kecil, kita selalu di biasakan oleh orangtua kita
untuk mengkonsumsi susu sapi. Alasannya pun beragam, dimulai dari anggapan
bahwa susu adalah minuman yang menyehatkan, bergizi lengkap, maupun agar kita
terhindar dari penyakit osteoporosis.
Namun, benarkah hal tersebut? Di tengah maraknya edukasi
bahwa mengkonsumsi susu sapi dapat mencegah osteoporosis, muncul juga para
ahli-ahli kesehatan yang justru menolak hal tersebut. Bahkan mereka justru
mengatakan bahwa meminum susu sapi dapat mengakibatkan osteoporosis.
“Manusia adalah satu-satunya species yang masih minum susu
setelah mereka dewasa. Cobalah lihat sapi, kerbau, kambing atau apapun, setelah
dewasa, mereka tidak akan lagi minum susu. Hanya manusialah yang melanggar perilaku
tidak alamiah tersebut”, ucap Prof. dr. Hiromi Shinya didalam bukunya yang
berjudul Miracle of Enzym.
“Hal ini disebabkan karena produsen susu yang terus
mengiklankan produknya! Justru dengan mengkonsumsi susu sapi akan menghabiskan
enzim induk yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh, termasuk pertumbuhan
tulang”, tegas Hiromi.
Profesor Hiromi adalah seorang dokter asal Jepang yang
merupakan seorang ahli gastroenterology terkemuka didunia. Berbekal praktik
lebih dari 40 tahun tanpa pernah absen karena sakit, beliau telah melakukan
kolonoskopi (Memasukan alat untuk melihat kondisi usus besar) pada lebih dari
370.000 pasien. Didalam penemuannya, tidak ada satupun orang yang rutin
mengkonsumsi susu sapi yang memiliki raut usus besar yang baik.
Para ahli yang kontra atas anggapan bahwa susu adalah minuman yang menyehatkanpun tidak hanya muncul dari luar negeri. Praktisi hidup sehat Food Combining, Erikar Lebang juga menjelaskan melalui akun twitternya @erikarlebang dengan Hashtag #KibulanSusu mengenai bahaya besar yang ditimbulkan oleh susu sapi.
“Manusia tidak berkembang seperti sapi! Konsentrasi unsur
yang begitu tinggi dalam susu sapi didesain supaya bayi sapi bisa segera
berdiri dan hidup mandiri. Bahkan banyak penelitian menunjukkan bahwa gula
dalam susu binatang (lactose) justru menimbulkan alergi bagi mayoritas manusia.
Dan yang paling penting, enzim lactase yang digunakan untuk mercerna susu,
perlahan-lahan akan menghilang pada saat manusia menginjak usia 2-3 tahun.
Diusia tersebut, kebutuhan manusia akan susu telah hilang sepenuhnya”.
Pada saat ditanya mengenai kaitan antara susu sapi dan
osteoporosis, Erikar Lebang menjelaskan melalui akun twitternya, bahwa justru
dengan mengkonsumsi susu sapi akan mengakibatkan penyakit osteoporosis.
“Banyak orang yang tidak tahu, untuk dapat menyerap kalsium,
diperlukan magnesium dengan perbandingan 1:4. Masalahnya adalah, susu sapi
tidak mengandung cukup magnesium. Hasilnya? Kalsium yang tidak diserap oleh
tubuh berubah menjadi kalsium ‘siluman’ yang ‘mengotori’ darah dalam tubuh,
menimbulkan masalah instan maupun akumulatif. Bahkan untuk menetralisir kalsium
tersebut, tubuh mempergunakan cadangan kalsium yang ada didalam tulang. Belum
lagi, kebanyakan orang Asia adalah keturunan Lactose Intolerant sehingga tidak
hanya dapat berakibat diare, tetapi juga dapat mengakibatkan migraine, produksi
lendir, batuk-pilek, gangguan kulit, bahkan alergi”.
Sependapat dengan Profesor Hiromi Shinya, Erikar juga mengatakan
bahwa pemikiran susu adalah minuman super disebabkan oleh maraknya iklan dari
pihak produsen susu. Dia juga menambahkan bahwa “Indonesia dengan jumlah
penduduk lebih dari 200 juta jiwa menjadi sasaran empuk bagi industri susu
dunia untuk mengeruk keuntungan”.
Agar terhindar dari penyakit osteoporosis, Erikar Lebang
menyarankan agar mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran dalam bentuk segar
(mentah) karena enzim dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh akan hilang jika
dipanaskan.
Jadi, masih percaya kalo susu itu minuman sehat?
Dino
Comments
Post a Comment