Posts

Showing posts from 2017

It is easy to trust when you can trust yourself

Dalam satu bulan ini, Tuhan mengajarkan untuk terus bersandar kepada Dia. Beberapa waktu yang lalu saya kembali merenungkan, mengapa saya berani untuk memilih work and holiday di Australia. Tentu saya tahu dengan jelas itu pimpinan Tuhan, oleh karenanya saya berani untuk menjalankannya. Setelah satu bulan lebih di Cairns, saya akhirnya menemukan titik terang apakah Tuhan memang mengkonfirmasi saya ke sini atau tidak. Saya telah menceritakan di post sebelumnya mengenai 'tanda' yang saya minta dari Tuhan, sebab telah banyak usaha dijalankan, tetapi belum ada hasil. Tidak lama setelah itu, saya mendapatkan telpon dan akhirnya diterima untuk bekerja. Meskipun belum bekerja secara resmi, tetapi secara aktif sudah mulai bekerja sedikit-sedikit. Kemungkinan nanti tanggal 28 Desember baru akan secara resmi bekerja. Saya pergi ke Cairns sebagai upaya memenuhi syarat apply second year visa. Untuk memperolehnya, saya diharuskan untuk bekerja dan mendapatkan payslip paling sedikit 13

Bersandar kepada Tuhan

Hari ini rabu tanggal 06 Desember 2017, tepat 3 minggu sejak saya pertama tiba di kota Cairns. Hari demi hari berlalu, dan saya terus berusaha untuk mencari pekerjaan sebagai syarat untuk apply visa second year. Seiring dengan berjalannya waktu, sesekali terpikir apakah benar Tuhan memang menyuruh saya ke kota ini atau tidak. Sejak beberapa hari di Cairns, saya sudah memiliki feeling yang tidak enak. Dugaan bahwa Cairns akan sangat ramai, dan banyak lowongan pekerjaan ternyata salah total. Terlebih lagi, Cairns adalah salah satu kota tujuan yang paling populer untuk para backpacker yang memiliki visa work and holiday, sehingga saingan dalam mencari pekerjaan sangat sulit, terutama karena sebagian besar dari mereka sudah memiliki pengalaman di bidang Hospitality . Sudah banyak tempat saya kunjungi, baik untuk drop resume maupun apply secara online, bahkan lebih dari satu kali. Ada beberapa kali interview pekerjaan, tetapi hasilnya nihil. Bahkan belum lama ini ada trial kerja di caf

Absolute surrender to Him

12 hari telah berlalu sejak pertama kali saya menginjakkan kaki di kota Cairns, Queensland, Australia. Pindah ke suatu kota yang asing, mencari tempat tinggal, pekerjaan yang baru, bukan perihal yang mudah. Seseorang bisa saja terlihat begitu rohani dari luar, tetapi waktu dan momen saat sendirian lah yang menyingkapkan apakah seseorang itu murni atau tidak. Dalam beberapa minggu sebelum keberangkatan, saya yakin dan tau bahwa Tuhan memang suruh saya untuk pergi ke Cairns. Sebagai kota yang ramai dikunjungi turis, Cairns membuka banyak sekali peluang untuk bekerja di bidang Hospitality / Tourism , sesuatu yang menjadi syarat untuk apply visa second year. Jika kita melihat dari segitu waktu, bulan November - Januari seharusnya sangat mendukung. Bulan-bulan ini biasanya akan banyak turis yang datang dan banyak lowongan pekerjaan, baik di Cafe, Restaurant, atau Hotel. Sesampainya di Cairns, saya pergi ke daerah City, jalan-jalan melihat lokasi sekitar, dan pergi keliling untuk drop in

Puritan Theology - a Pilgrim Mentality

Jumlah pendeta, kaum pekerja Kristen, dan kaum muda yang takut akan Tuhan diseluruh dunia terus bertambah. Mereka juga memikirkan bagaimana menerapkan pengajaran yang berdasarkan Alkitab ke dalam kehidupan sehari-hari. Mereka juga percaya bahwa pembelajaran dari Alkitab bukan hanya untuk sekedar pengetahuan saja, melainkan sesuatu yang praktis dan dihidupi dalam kehidupan sehari-hari. Di saat yang bersamaan, bertambah juga orang-orang yang mempelajari Reformed Theology . Mereka menyetujui 5 pengajaran Calvinisme yang biasa disingkat dengan istilah TULIP. Tetapi masalahnya, meskipun telah mempelajari hal tersebut, gaya hidupnya masih sangat seperti orang dunia. Kaum Puritan mungkin adalah satu-satunya kaum Kristen di dalam sejarah gereja yang mampu untuk menyeimbangkan keduanya, teologi Reformed yang ketat dan gaya hidup yang rohani. Seluruh teologi dan gaya hidup dari kaum Puritan bisa disebut sebagai pilgrim mentality . Mereka menyadari bahwa mereka adalah seorang musafir yang ber

Puritan Theology (Introduction)

Image
Seminggu sebelum berangkat ke Cairns, saya memikirkan buku apa yang perlu saya bawa untuk bermeditasi selama 4 bulan. Jika bawa buku yang kecil-kecil, pasti perlu banyak sekali. Saya kemudian teringat satu buku yang disarankan oleh kakak saya, katanya bagus sekali. Buku itu berjudul A Puritan Theology: Doctrine For Life yang ditulis oleh Joel R. Beeke & Mark Jones. Terlintas dalam pikiran saya untuk membelinya, tetapi saya ragu karena harganya cukup mahal, yaitu 80 AUD. Beberapa hari sebelum berangkat, ternyata Koorong diskon 20-25% sehingga buku yang 80 dollar itu menjadi 64 dollar. Saya langsung tau bahwa Tuhan suruh saya untuk beli dan baca buku ini saat di Cairns 4 bulan (Ini salah satu contoh waktu saya singgung Tuhan kasih tau kehendakNya pada saya). Saya tidak bermaksud membuat ringkasan, apalagi menerjemahkan buku ini. Tetapi saat saya membacanya dan ada poin-poin yang menarik, biasanya saya corat coret dan garis bawahi. Sehingga dalam 4 bulan kedepan, akan banyak tuli

Pimpinan Tuhan dan ordo

Sejak kemarin malam, hati saya mulai gelisah. Hari yang ditunggu-tunggu itu akhirnya tiba. Hari di mana saya akan pindah dari Sydney menuju ke Cairns untuk mengejar second year work and holiday visa. Sejak 2-3 bulan yang lalu, saya sudah tahu bahwa Tuhan memang memimpin saya untuk pergi ke North Australia . Hal ini semakin 'dikonfirmasi' melalui beberapa hal. Misalnya saja, ada seorang teman kerja di Sydney yang kemudian memutuskan untuk pergi duluan ke Cairns. Sehingga paling tidak, sudah ada teman yang terlebih dahulu dikirimkan ke sini (Cairns) sebelum saya pergi. Tetapi menjalani pimpinan Tuhan tidak semudah mengatakannya, saya pernah menyinggung hal ini di sini . Begitu banyak pertimbangan yang saya pikirkan, dan itu sangat sulit. Apply second year berarti menghabiskan waktu setahun lagi di Australia untuk bekerja casual. Berkali-kali telintas dalam pemikiran, "Untuk apa? Is this worth it ? Memangnya tidak ada hal yang dikerjakan di Indonesia? Bukankah pulang lalu m

6 ciri-ciri pertobatan yang sejati

Pada hari minggu ini, tanggal 12 November 2017, akan diadakan acara seminar Refo500 di kota Sydney.  Dalam satu minggu terakhir, bersama-sama dengan setiap anggota di GRII Sydney, kami bekerja keras untuk mempersiapkan acara ini. Di tengah-tengah kesibukan, saya menyadari bahwa minggu ini saya membaca hanya sedikit sekali, bahkan ada satu atau dua hari, saya tidak membaca buku sama sekali. Kemudian saya menyadari bahwa sesibuk apapun harus tetap menyempatkan diri untuk membaca buku. Tidak peduli seberapa sibuk, harus sempatkan waktu dan paksa diri untuk baca. Buku yang baru selesai saya baca ini berjudul The Doctrine of Repentance yang ditulis oleh Thomas Watson. Bukunya cukup tipis dan mudah dibaca. Tetapi sama halnya dengan tokoh Puritan lainnya, tidak mudah untuk dimengerti Pada bagian awal, Watson menekankan kepada para pembaca, bahwa pertobatan adalah anugerah dari Tuhan. Terdapat 2 anugerah besar yang diberikan kepada orang suci (saint) di dunia ini, yaitu iman (faith) dan

Let men do the chasing

Image
Satu atau dua minggu yang lalu, saya mendapatkan rekomendasi dari kakak saya untuk membaca buku yang ditulis oleh Elisabeth Elliot. Tentu namanya sudah saya kenal sebelumnya, dia adalah seorang misionaris dan merupakan istri dari Jim Elliot, misionaris yang mati martir di Afrika. Tetapi saya belum pernah membaca buku yang ditulis olehnya. Tidak lama sesudahnya, saya pun pergi ke toko buku bekas di daerah Rockdale, Sydney. Di sana saya menemukan ada 3 buku yang ditulis oleh Elisabeth Elliot, yaitu Let me be a women , Passion and Purity , Discipline: The glad surrender . Berhubung judul buku yang pertama kayaknya perempuan sekali, saya membeli buku yang kedua dan ketiga saja. Passion and Purity mungkin adalah salah satu buku terbaik yang saya baca tahun ini. Buku ini mengisahkan perjalanan percintaan dari Elisabeth Elliot dan Jim Elliot. Di dalamnya, kita belajar mengenai konsep hubungan antara laki-laki dan perempuan yang berlandaskan kesucian dan takut akan Dia. Saya secara pri

Demi kemuliaanMu ya Tuhan

Pada minggu yang lalu tanggal 28 Oktober 2017, GRII Sydney mengadakan hari Kebangunan dan Perjuangan Iman yang ke-4. Saya tidak akan membahas mengenai perpecahan gereja 4 tahun yang lalu, sebab saya pun tidak tahu jelas mengenai kronologinya. Tetapi berdasarkan testimoni yang ada, terlihat jelas bahwa begitu banyak individu yang dibangunkan kerohaniannya sejak saat itu. Beberapa hari sebelumnya, saya baru saja selesai membaca buku "The Suprising Work of God" yang di tulis oleh Jonathan Edwards. Dalam buku ini, Edwards memberikan kesaksian secara singkat mengenai kebangunan rohani secara besar-besaran yang terjadi di New England (Amerika Serikat) tahun 1734-35, yang disebut juga The Great Awakening . Saat itu Edwards melayani sebagai pastor di  Northampton, Massachusetts. Pada bulan Desember tahun 1734, Roh Tuhan ( The Spirit of God ) bekerja secara luar biasa bagi orang-orang di wilayah tersebut. Secara mendadak, satu per satu, 5 hingga 6 orang bertobat dalam waktu yang s

Memaksa diri untuk membaca

"Gua suka banget baca buku, membaca itu hal yang sangat menyenangkan," " Well , itu kan elu, gua sih enggak". Ada orang yang memang sejak kecil suka sekali membaca, contoh paling jelas yang saya kenal ya kakak saya sendiri. Dia tipe orang yang sejak kecil, mungkin SD atau SMP, rajin membeli dan membaca buku. Kalo kalian tau orang yang mulai baca suatu buku, lalu ga keluar kamar hingga buku itu selesai dibaca, ya itu dia. Tetapi ada orang yang sejak kecil tidak suka baca buku. Jangankan membaca, liat cover buku aja udah mulai pusing-pusing sendiri. Efek negatif dari bermain game dan menonton anime dalam jangka waktu yang panjang, membuat daya konsentrasi saya semakin pendek dan makin susah untuk membaca. Paling sedikit dalam sehari saya menghabiskan waktu untuk bermain game atau nonton anime sekitar 4 jam, paling banyak mungkin 12-16 jam. Saya terbiasa untuk sekedar menerima berbagai informasi dari layar komputer secara pasif. Tetapi saat membaca buku, kita harus

Taat (Menjalaninya tidak semudah mengatakannya)

Sesungguhnya lebih mudah bagi kita untuk mengatakan, "Ya Tuhan. Saya mau taat", ketimbang menjalankannya. Meskipun keinginan Tuhan atas kita sudah cukup jelas, tetapi apa daya. Sebagai manusia kita juga memiliki keinginan atas diri kita sendiri. Hal ini digambarkan dengan cukup jelas dalam buku Elisabeth Elliot yang berjudul Passion and Purity. "I was wishing that my wishes were what God wished, and if my wishes were not what God wished, I wished that I could wish that my wishes would go away, but the wishes were still there." Waktu kita dihadapkan dengan perkara-perkara kecil, mudah bagi kita untuk taat. Tetapi waktu kita dihadapkan dengan perkara-perkara besar, menjalaninya tidak semudah mengatakannya. Dalam beberapa bulan terakhir, saya bergumul untuk mencari kehendak Tuhan, apakah Dia mau untuk saya pergi ke North Australia selama 3-4 bulan, lalu apply visa tahun kedua atau tidak. Di dalam pergumulan, saya berdoa, mendengarkan firman Tuhan, membaca buku roh

Kerjakan segala sesuatu untuk Tuhan

Cerita mengenai kesuksesan orang lain yang bekerja di luar negeri menjadi sesuatu yang enak di telinga kita. Tetapi cerita itu tidak hanya berhenti di situ saja. Begitu banyak "cerita belakang layar" yang lebih sering disimpan untuk diri sendiri ketimbang diceritakan ke orang lain. Jika orang menanyakan kepada kita bagaimana kerja di luar negeri, mudah bagi kita untuk menceritakan keindahan, besarnya gaji, apalagi kalo di kurs kan ke mata uang negeri asal. Kita jarang sekali menceritakan sisi lain dari bekerja di luar negeri, misalnya: pengeluaran yang besar, kesendirian, maupun tingkat stress yang tinggi. Sydney adalah satu kota yang menarik banyak orang untuk datang dan bekerja, apalagi dengan upah kerja minimum yang terbilang cukup besar. Saya pun datang dengan suatu pemikiran bisa hidup nyaman, enak, sambil banyak menabung. Apakah gajinya besar? Mungkin iya. Apakah hidupnya nyaman? Hampir pasti tidak. Saya tidak bisa melihat dari perspektif orang-orang yang memang war

Hati yang baru dan roh yang baru

"What's your plan for long weekend? Wanna come to party? Or we can go to brothel together. I will sponsor you" , tanya salah satu rekan saya di tempat kerja. Tanpa adanya suatu pergumulan, kesulitan, ataupun penyangkalan diri, saya dengan mudah sekali menolak. Saya katakan, "No thanks. I am gonna go to Church and have bible study there" . Di lain kesempatan, dia mengatakan: "Oh man! Let's go bro, have some fun! Should I introduce to some girl? You can do (xxx) with her" . Saat itu saya menjawab, "Nah bro, it is a sin" . "Sin? I can't wait to go home and make a sin bro!" , jawabnya kembali. Suatu hari akhirnya saya sadar. Sepertinya ada yang salah dengan diri saya. Kita seharusnya menjadi orang Kristen yang menyangkal diri. Tapi kok ini rasanya ga ada yang perlu disangkal ya. Seharusnya saat diajak untuk berbuat dosa, hati kita menjadi gelisah. Seharusnya ada suatu pergumulan yang berat, antara kita mau pilih yang kita in

Belajar untuk taat

Dalam satu-dua bulan terakhir ini, saya sangat bergumul terkait beberapa hal yang penting. Hingga waktu yang semakin dekat, pimpinan Tuhan belum juga muncul. Beberapa orang terdekat mulai bertanya, "Gimana? Sudah ambil keputusan?". Dengan susah hati, saya cuma bisa katakan, "Belum. Saya masih cari pimpinan Tuhan". Jawaban seperti ini umumnya masih bisa untuk diterima bagi sesama orang Kristen. Tetapi dalam satu kesempatan, yang bertanya adalah orang non Kristen. Saya pun memberi jawaban yang sama, "Saya masih cari pimpinan Tuhan". Saya sangat terkejut mendengar respon yang dia berikan. Dia mengatakan, "Tuhan itu sibuk. Banyak orang di luar sana yang menangis-nangis. Dia ga ngurusin urusan kecil kayak urusan elu". Melalui hal tersebut, saya baru menyadari bahwa hanya agama Kristen yang memiliki konsep bahwa "Tuhan itu berada di dekat kita. Dia tidak tinggal atau berada di suatu lokasi yang jauh di sana. Dia bukan Tuhan yang mencipta bumi, l