Belajar untuk taat

Dalam satu-dua bulan terakhir ini, saya sangat bergumul terkait beberapa hal yang penting. Hingga waktu yang semakin dekat, pimpinan Tuhan belum juga muncul. Beberapa orang terdekat mulai bertanya, "Gimana? Sudah ambil keputusan?". Dengan susah hati, saya cuma bisa katakan, "Belum. Saya masih cari pimpinan Tuhan". Jawaban seperti ini umumnya masih bisa untuk diterima bagi sesama orang Kristen.

Tetapi dalam satu kesempatan, yang bertanya adalah orang non Kristen. Saya pun memberi jawaban yang sama, "Saya masih cari pimpinan Tuhan". Saya sangat terkejut mendengar respon yang dia berikan. Dia mengatakan, "Tuhan itu sibuk. Banyak orang di luar sana yang menangis-nangis. Dia ga ngurusin urusan kecil kayak urusan elu". Melalui hal tersebut, saya baru menyadari bahwa hanya agama Kristen yang memiliki konsep bahwa "Tuhan itu berada di dekat kita. Dia tidak tinggal atau berada di suatu lokasi yang jauh di sana. Dia bukan Tuhan yang mencipta bumi, lalu membiarkannya berjalan sendiri seperti yang dipercayai oleh kaum Deisme. Kita (Orang Kristen), percaya bahwa Ia selalu berjalan bersama-sama dengan kita hari demi hari. Dia mengamati kita, dan berjanji akan memberitahukan kehendakNya kepada orang yang takut akan Dia".

Pada kesempatan ini saya tidak akan membahas lebih lanjut mengenai atribut atau sifat-sifat Allah. Saya lebih tertarik untuk membagikan bagaimana saya secara pribadi semakin bertumbuh mengenal Dia, melalui ketaatan dalam menjalani pimpinanNya. Tanggal 4 April tahun 2017 yang lalu, saya berangkat menuju Sydney, Australia. Suatu keputusan yang menakutkan sebetulnya, untuk tinggal dan bekerja di negara yang asing selama satu tahun. Tetapi saya memutuskan untuk tetap pergi, karena saya yakin bahwa itu adalah Pimpinan Tuhan.

Saya tidak akan cerita detail apa aja yang terjadi sejak saya datang ke Sydney. Tetapi saya bisa katakan bahwa saya merasakan pimpinan Tuhan yang sangat jelas dalam berbagai hal,misalnya bergereja, bekerja, dan lain-lain. 2 atau 3 minggu sebelum saya berangkat ke Sydney, ada suatu kalimat dalam kebaktian hari minggu yang sangat menusuk hati saya. Kira-kira begini kalimatnya, "Kita sering sekali tidak adil sama Tuhan. Saat mengambil keputusan-keputusan besar, misalnya sekolah di mana, jurusan apa, pacaran sama siapa, bekerja di mana, kita bisa ambil tanpa pernah ada suatu pergumulan serius untuk melihat apa kehendak Tuhan. Tetapi saat kita diminta untuk pelayanan, dengan lembut kita bisa katakan: "Nanti ya. Saya lihat pimpinan Tuhan dulu". Saya mendadak sadar bahwa saya sering sekali tidak adil sama Tuhan. Lalu saya berdoa dan mengatakan, "Tuhan, saya mau taat".

Saya tiba di Sydney tanggal 05 April tahun 2017 yang lalu. Sejak saat itu saya mulai secara aktif datang ke GRII Sydney. Hari sabtu untuk Persekutuan Doa + Persekutuan Pemuda Pekerja, dan hari minggu untuk Kebaktian umum. Sejak beberapa bulan sebelum saya berangkat, kakak saya selalu menyuruh saya untuk datang ke GRII Sydney hari sabtu dan minggu. Dia mengatakan bahwa gereja ini adalah gereja yang sangat baik. Hal itu dikatakannya berulang-ulang, sehingga membuat saya penasaran, dan inilah salah satu faktor saya memutuskan untuk pergi Work and Holiday ke Sydney, Australia. Saya ingin tahu, gereja seperti apa sih yang dia bilang bagus itu.

Sesampainya saya di hari sabtu itu, saya terkejut karena menemukan bahwa gerejanya "tidak ada". Yang saya maksud adalah tidak ada tempat permanen, sebagian jemaat perlu hadir hari sabtu dan "membangun" gerejanya. Jadi kalo dateng hari biasa, anda tidak akan menemukan "gereja" nya. Hal itu sudah cukup mengagetkan, tetapi saya makin kaget keesokan harinya. Setelah kebaktian selesai, jemaat bergotong royong untuk menumpuk kursi, mencopot tirai, bahkan mimbarnya juga. Dalam beberapa jam saja, "gereja" nya pun lenyap.

Terlepas dari bentuk fisik gereja, saya melihat bagaimana orang-orang dalam gereja ini sangat dekat satu dengan yang lain. Mereka punya suatu hati yang mau berdoa, berjuang, dan terlihat sekali bahwa Tuhan memimpin gereja ini. Saya pun yang semula inginnya kerja terus dan sesekali saja ke gereja, memutuskan untuk selalu hadir pada hari sabtu dan minggu. Di sisi lain, saya juga sadar bahwa Tuhan memberikan suatu pekerjaan dengan gaji yang cukup baik, dengan jam kerja hari Senin hingga Jumat. Dan saya sadar sekali bahwa pekerjaan ini adalah anugerah dari Tuhan. Saya putuskan untuk taat, tidak mencari kerja di hari sabtu dan minggu meskipun ada suatu potensi untuk mengumpulkan uang lebih banyak.

Sekitar 2-3 bulan kemudian, saya ditanyakan apakah mau untuk melayani bersama di GRII Sydney, sebagai pengurus di Persekutuan Pemuda Pekerja. Tanpa banyak pergumulan, saya katakan "Ya. Saya mau". Saya sadar bahwa sudah banyak kesempatan di mana saya tidak adil dengan Tuhan. Sehingga saat mendapatkan kesempatan ini, saya hanya berpikir, "Ya, saya mau taat". Sejak saat itu, hingga sekarang, saya bergabung ke dalam kepengurusan persekutuan pemuda dan pekerja di GRII Sydney.

Ada beberapa kali, di mana saya diberikan tugas untuk mengerjakan hal-hal yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya. Saya tidak punya pengalaman dalam hal ini dan itu, tetapi suatu prinsip yang terus saya pegang adalah "Tuhan, saya mau taat". Tentunya dalam kesempatan tersebut (Liturgis, KTB, dll) tidak langsung bagus hasilnya. Begitu banyak pergumulan, dan strugling setengah mati dalam mempersiapkan diri. Tetapi, dalam setiap kesempatan itu, saya mendapatkan berkat banyak sekali. Saya secara mendadak mendapatkan pengertian-pengertian yang tidak saya sadari sebelumnya, misalnya: Peran liturgis dalam ibadah, Peran puji-pujian dalam ibadah, Fungsi KTB, dan lain-lain. Dan banyak sekali moment, di mana saya diingatkan kembali akan firman Tuhan, khotbah, dan buku yang sebelumnya pernah saya baca atau dengar, dan baru saat itu saya mengerti apa artinya.

Saya akhirnya menyadari bahwa melalui ketaatan, begitu banyak anugerah yang bisa kita terima. Ketaatan juga menjadi satu aspek yang sangat penting dalam pengenalan akan Tuhan (Knowing God). Pengenalan akan Dia yang sejati, tidak hanya bersumber kepada pengetahuan (Knowledge of God), tetapi juga harus ada aspek ketaatan (Obedience). Saya sangat berharap kita semua mau belajar untuk taat, dan melaluinya kita bisa semakin mengenal Dia (Knowing God), bukan hanya sekedar tau akan Dia (Knowledge of God).

Kita bisa saja membaca buku dari Luther, Calvin, Bunyan, Whitefield, Edwards dan mengerti teologi mereka secara utuh tanpa pernah mengenal Tuhan yang mereka kenal dengan dekat itu. Siapa yang peduli tentang pengetahuan akan Tuhan? (Knowledge of God), Setan punya lebih banyak pengetahuan itu (Knowledge of God). Tetapi apakah kita bisa mengenal Dia seperti para raksasa rohani itu mengenal Dia? Mari kita belajar untuk taat.


Dino

Soli Deo Gloria

Comments

Popular Post

6 ciri-ciri pertobatan yang sejati

My Experience - Food Combining VS Autoimmune

Food Combining Changed My Life