6 ciri-ciri pertobatan yang sejati

Pada hari minggu ini, tanggal 12 November 2017, akan diadakan acara seminar Refo500 di kota Sydney.  Dalam satu minggu terakhir, bersama-sama dengan setiap anggota di GRII Sydney, kami bekerja keras untuk mempersiapkan acara ini. Di tengah-tengah kesibukan, saya menyadari bahwa minggu ini saya membaca hanya sedikit sekali, bahkan ada satu atau dua hari, saya tidak membaca buku sama sekali.

Kemudian saya menyadari bahwa sesibuk apapun harus tetap menyempatkan diri untuk membaca buku. Tidak peduli seberapa sibuk, harus sempatkan waktu dan paksa diri untuk baca. Buku yang baru selesai saya baca ini berjudul The Doctrine of Repentance yang ditulis oleh Thomas Watson. Bukunya cukup tipis dan mudah dibaca. Tetapi sama halnya dengan tokoh Puritan lainnya, tidak mudah untuk dimengerti

Pada bagian awal, Watson menekankan kepada para pembaca, bahwa pertobatan adalah anugerah dari Tuhan. Terdapat 2 anugerah besar yang diberikan kepada orang suci (saint) di dunia ini, yaitu iman (faith) dan pertobatan (repentance). Kita seringkali menganggap pertobatan sebagai sesuatu yang sepele, tetapi dalam buku ini, Wastson menekankan ada 6 ciri-ciri dari suatu pertobatan yang sejati. Saya hanya akan memberikan penjelasan singkat terkait poin-poin tersebut, detailnya bisa dibaca langsung bukunya.

1. Melihat dosa (Sight of sin)

Saat seseorang bertobat, hal yang pertama terjadi adalah dia melihat dirinya sebagai orang yang berdosa. Kita bisa melihat contoh akan hal ini dalam kisah "Anak yang hilang" di Lukas 15 ayat 17. Kita harus menyadari bahwa diri kita berdosa dan apa dosa-dosa yang kita lakukan. Tanpa adanya kesadaran akan dosa, tidak mungkin ada pertobatan.


2. Kesedihan akan dosa (Sorrow for Sin)

Setelah melihat dan menyadari akan kondisi diri yang berdosa, akan timbul suatu perasaan yang sedih. Suatu perasaan yang murni berasal dalam hati, bukan hanya sekedar di wajah saja. Seseorang bisa saja sedih, tetapi tidak bertobat. Sama seperti seorang pencuri yang sedih saat tertangkap, bukan karena tindakan dosanya (mencuri), tetapi karena dia perlu menanggung hukumannya. Sama halnya juga seperti Firaun yang sedih karena tulah-tulah yang menimpanya, tetapi tidak membawanya kepada pertobatan.


3. Mengaku dosa (Confession of Sin)

Sama halnya dengan kesedihan, mengaku dosa tidak berarti seseorang bertobat. Orang seperti Yudas dan Saul pun mengaku dosa, tetapi itu bukan pengakuan dosa yang sejati. Ada beberapa ciri-ciri dari suatu pengakuan dosa yang sejati. Pengakuan dosa yang sejati bersifat sukarela (voluntary), bukannya pada saat ketahuan, lalu mengakui dosanya.

Pengakuan dosa yang sejati juga harus muncul dari dalam hati, dan menimbulkan suatu luka dalam hati orang tersebut. Di dalam pertobatan yang sejati, seseorang juga mengakui dosa-dosa yang spesifik, bukan hanya, "Aku seorang berdosa", tetapi merinci kepada dosa-dosa tertentu. Pengakuan akan dosa juga harus dengan suatu resolusi untuk tidak melakukannya lagi.


4. Malu akan dosa (Shame for Sin)

Dosa membuat kita merasa bersalah, dan rasa bersalah akan diikuti oleh rasa malu. Kita menyadari bahwa dosa yang kita lakukan telah membuat rasa malu bagi Kristus. Dosa yang kita lakukan bahkan lebih besar dari dosa yang dilakukan oleh iblis. Sebab Iblis tidak berdosa terhadap darah Kristus. Kristus tidak pernah mati untuk mereka.

Selain itu, Iblis tidak pernah berdosa terhadap contoh. Sebelum mereka tidak ada dosa. Tetapi kita, yang sudah melihat mereka (setan) yang jatuh, cerita soal Nuh, Sodom, seharusnya mengetahui apa konsekuensi yang timbul dari dosa. Masakan kita mau melakukannya lagi?


5. Kebencian akan dosa (Hatred of Sin)


Dalam hati seseorang yang bertobat, akan timbul adanya suatu kebencian akan dosa. Tanpa peduli seberapa menyenangkannya dosa tersebut, kita akan membencinya dan tidak tertarik mendekatinya. Mungkin kita tidak bisa terlepas langsung akan dosa tersebut, tetapi ada suatu keinginan (will) yang membenci hal itu.

Kebencian akan dosa juga terdapat dalam semua aspek, Seseorang yang membenci dosa, akan membenci kepada semua bentuknya. Sama seperti perkataan Aristoteles, "He who hates a serpent hates all serpents".

Kita juga tidak hanya membenci dosa dalam diri kita saja, tetapi kepada dosa-dosa yang ada di orang lain. Jika rasa benci akan dosa orang lain tidak ada dalam diri kita, atau kita tenang-tenang saja melihat orang lain berdosa, mungkin sekali kita belum bertobat.


6. Berbalik akan dosa (Turning from Sin)

Seseorang yang bertobat akan meninggalkan dosa-dosanya. Dia tidak akan main-main dengan dosa yang pernah ditinggalkannya. Seseorang bisa saja meninggalkan dosa karena takut akan hukuman Tuhan, tetapi pertobat sejati melakukannya karena cinta akan Tuhan. Jika kita masih melakukan dosa itu lagi, hal ini menunjukkan bahwa kita belum bertobat.


Semoga kiranya kita semua semakin mengetahui apa itu dosa, dan mau untuk terus bertobat di hadapan Tuhan. Berharap kita semua semakin peka dalam melihat apa itu dosa dan mau hidup suci di hadapan Tuhan.

"Compare sin with hell, and you shall see that sin is worse. Torment has its emphasis in hell, yet nothing there is as bad as sin. Hell is of God's making, but sin in none of his making. Sin is the devil's creature" - Thomas Watson-


Comments

Post a Comment

Popular Post

My Experience - Food Combining VS Autoimmune

Food Combining Changed My Life