Puritan Theology - a Pilgrim Mentality

Jumlah pendeta, kaum pekerja Kristen, dan kaum muda yang takut akan Tuhan diseluruh dunia terus bertambah. Mereka juga memikirkan bagaimana menerapkan pengajaran yang berdasarkan Alkitab ke dalam kehidupan sehari-hari. Mereka juga percaya bahwa pembelajaran dari Alkitab bukan hanya untuk sekedar pengetahuan saja, melainkan sesuatu yang praktis dan dihidupi dalam kehidupan sehari-hari.

Di saat yang bersamaan, bertambah juga orang-orang yang mempelajari Reformed Theology. Mereka menyetujui 5 pengajaran Calvinisme yang biasa disingkat dengan istilah TULIP. Tetapi masalahnya, meskipun telah mempelajari hal tersebut, gaya hidupnya masih sangat seperti orang dunia.

Kaum Puritan mungkin adalah satu-satunya kaum Kristen di dalam sejarah gereja yang mampu untuk menyeimbangkan keduanya, teologi Reformed yang ketat dan gaya hidup yang rohani. Seluruh teologi dan gaya hidup dari kaum Puritan bisa disebut sebagai pilgrim mentality. Mereka menyadari bahwa mereka adalah seorang musafir yang berpetualang di dunia ini. Kaum Puritan mempercayai, bahwa injil harus diaplikasikan oleh orang Kristen dalam setiap aspek kehidupan.

Tuhan menciptakan dunia ini untuk kita manusia. Tentu saja kita dicipta untuk tinggal dan menikmati dunia ini. Tetapi di sisi lain, kaum Puritan juga percaya bahwa setiap orang Kristen harus menjaga jarak dalam kehidupan di dunia ini. Penjelasan detail mengenai hal ini bisa dilihat dalam buku Worldly Saint: The Puritans as They Really Were oleh Leland Ryken.

Kita hidup di dunia ini, tetapi kita perlu menjaga jarak pada pengaruh-pengaruh yang duniawi. Pengaruh buruk dari dunia ini sangat kuat, karena bagaimanapun juga, kita hidup dalam bentuk daging, dan secara natural menginginkan hal yang bersifat daging/duniawi. Tetapi kita harus ingat, sebagai seorang musafir di dunia ini, kita harus hidup untuk kemuliaan Tuhan.

Terdapat 6 aspek dari yang dimaksud dengan pilgrim mentality, yaitu: Biblical Outlook, Pietist Outlook, Churchly Outlook, Warfaring Outlook, Methodical Outlook, Two-Wordly Outlook.


1. Biblical Outlook / Cara Pandang Alkitabiah

Cara pandang Alkitabiah adalah cara hidup yang ditentukan dan berdasarkan pada Firman Tuhan. Kaum Puritan mencintai, menghidupi, dan menafasi Alkitab. Mereka melihat Alkitab seperti Tuhan yang berbicara kepada mereka, layaknya seorang ayah kepada anaknya. Hal ini sangat berbeda sekali dengan kita saat ini. Kita melihat Alkitab sebagai sesuatu buku yang sulit dimengerti dan tidak menjadikannya pedoman hidup kita.

Kaum Puritan mempelajari Firman Tuhan, mendoakannya, mempraktekannya, dan membicarakannya kepada orang lain. Mereka dengan sungguh-sungguh mengajak agar orang-orang menjadikan Firman Tuhan sebagai suatu pusat dari Iman dan pedoman kehidupan sehari-hari. John Flavel mengatakan bahwa, "The Scriptures teach us the best way of living, the noblest way of suffering, and most comfortable way of dying."

Dalam khotbah yang ditulis kaum Puritan, kita akan menemukan 5 hingga 10 kutipan dari ayat Alkitab setiap halamannya. Mereka mengetahui ayat mana yang dapat dikutip dan dijadikan acuan untuk setiap hal. Mereka juga orang yang mempelajari Alkitab dengan sangat dalam, sesuai dengan prinsip hermeneutika. Pengkhotbah Puritan sangat menguasai bahasa asli dari tulisan Alkitab. Mereka adalah orang yang mempelajari Alkitab setiap hari dengan lutut, dan Roh Kudus yang membakar Firman Tuhan tersebut ke dalam hati mereka.

Masalah utama dari Kekristenan saat ini adalah cara berpikir kita tidak berlandaskan kepada Alkitab. Mungkin karena kita sudah tidak peduli lagi dengan Alkitab atau kita dengan sesuka hati memelintir ayat-ayat Alkitab untuk kepentingan kita saja.

Penulis buku Puritan Theology ini mengajak agar semua orang Kristen membaca buku yang ditulis oleh Jeremiah Burroughs yang berjudul Moses Self-Denial, bertobat dari dosanya, meminta belas kasihan pada Tuhan dan kekuatan untuk hidup secara rohani di dunia ini.


2. Pietist Outlook / Cara Pandang Pietist

Apa itu Pietist? Pietist artinya melihat kesucian pribadi dalam relasi kepada Tuhan dan sesama manusia, baik dalam gereja maupun komunitas sekitarnya sebagai suatu yang paling utama. Kata piety dalam perjanjian lama adalah "the fear of the Lord", dan dalam perjanjian baru, "reverence for God" and "godliness".

John Calvin mengatakan, mengenal siapa Allah (Teologi) juga mencakup perilaku yang benar kepada Tuhan, dan melakukan apa yang Ia inginkan (Piety). Seluruh hidup dari seorang Kristen seharusnya menjadi suatu praktik kehidupan yang rohani (godliness). Kita tidak bisa memisahkan antara teologi dan juga cara hidup. Apa gunanya mempelajari teologi tanpa menerapkan cara hidup yang rohani?

Mathew Poole mengatakan, "Doktrin yang Alkitabiah adalah suatu kebenaran yang menghasilkan kehidupan yang rohani, pujian syukur yang benar, dan kepatuhan pada kehendak Allah." Tingkah laku orang Kristen dalam keluarga, pekerjaan, bisnis, atau disingkat, seluruh aspek kehidupan, adalah tindakan syukur sebagai suatu refleksi dari anugerah yang ditemukan melalui Yesus Kristus.

Sikap yang sejati dari seorang Reformed adalah menggabungkan antara teologi dan piety sehingga otak, hati, dan tangan saling memotivasi satu sama lain untuk hidup bagi kemuliaan Tuhan dan sesama kita manusia.


3. Churchly Outlook / Cara Pandang Gerejawi

Kaum Puritan mengajarkan bahwa gereja yang sejati adalah orang-orang Kristen yang ditebus, dengan Kristus sebagai kepalanya. Mereka juga sangat menghargai gereja lokal dan komunitas di dalamnya. Dalam surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat di Efesus, semakin membuktikan bahwa tidak ada seorang Kristen yang dipanggil hidup menyendiri untuk Tuhan. Kita dilahirkan kembali ke dalam keluarga gereja, kita diciptakan untuk membangun suatu komunitas dan hidup di dalamnya.

Kaum Puritan adalah orang-orang yang bergereja, dan mereka sangat peduli agar nama Tuhan dipermuliakan dalam puji-pujian di gereja. Tujuan dari puji-pujian adalah untuk menyenangkan hati Tuhan, bukan diri kita. Hal ini sangat berbeda dengan kondisi kita sekarang ini, di mana banyak gereja membuat puji-pujian yang menyenangkan orang banyak, bukan Tuhan.

Dalam kehidupan bergereja, kaum Puritan mengejar kemurnian, dalam hal puji-pujian, doktrin, pengalaman jiwa, pemerintahan, disiplin, dan hidup itu sendiri. Tujuan mereka adalah kesucian individual dan gereja yang mengalir keluar dalam bentuk doktrin dan hidup sehari-hari.


4. Warfaring Outlook / Cara Pandang Peperangan

Gereja dalam dunia ini adalah gereja yang militan, terjadi peperangan dalam setiap jiwa orang yang percaya. Kaum Puritan melihat bahwa hidup adalah suatu ladang konflik dan tekanan yang terus terjadi. Mereka mengutip Roma 7:14-25 yang digambarkan sebagai peperangan rohani dalam setiap orang yang percaya.

Menurut William Gurnall, kita harus setiap hari terlibat dalam peperangan spiritual. Kita harus selalu bergulat melawan tentara iblis yang tidak kelihatan hingga mati. Dalam peperangan ini, Setan dan natur lama kita bersatu untuk melawan diri kita. Setan ingin agar kita tunduk dalam keduniawian, yang berarti natur manusia tanpa Allah, atau disebut atheis praktis.

Kita mempercayai bahwa anugerah Allah yang melimpah keluar dari jiwa kita, dan Roh Kudus menundukkan natur kita yang lama. Dalam kesenangan melalui Kristus, kita dapat merasakan bahwa kita mampu mengalahkan dosa dan keduniawian. Kaum Puritan melihat peperangan terhadap dosa sebagai sesuatu tanda yang sehat.

Paulus dan kaum Puritan melihat bahwa melalui iman dalam Kristus, kaum percaya dapat mengalahkan dosa, meskipun peperangan ini akan terus terjadi hingga mereka mati. Untuk mengatasi hal ini, kaum Puritan juga menulis jurnal spiritual untuk mencatat perjalanan mereka bersama Tuhan dan untuk mengevaluasi diri mereka sendiri.


5. Methodical Outlook / Cara Pandang Metodis

Puritan piety yang bersifat sangat disiplin, merepresentasikan kehidupan biara yang ideal. Tetapi pola hidup ini dibawa keluar dari biara untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kaum Puritan mempercayai bahwa melalui metode untuk mengatur semuanya secara berurutan adalah kunci untuk kesuksesan.

Lewis Bayly mengatakan apa saja hal yang perlu dimeditasikan dari kita awal bangun tidur, pakai baju, sarapan, hingga melewati seluruh hari. Mungkin cara pandang seperti dianggap terlalu ekstrim. Tetapi kita perlu belajar dari kaum Puritan, bahwa hidup kita seharusnya lebih disiplin dari yang sekarang ini.


6. Two-Wordly Outlook / Cara Pandang Dua Dunia

Cara pandang dua dunia menurut Puritan, mencakup dunia ini dan dunia yang akan datang. Hal ini dibahas dengan tuntas oleh Richard Baxter dalam bukunya yang berjudul The Saint's Everlasting Rest. Cara pandang yang sama juga didalam buku Pilgrim's Progress oleh John Bunyan.

Tidak seperti orang Kristen zaman modern ini, kaum Puritan percaya bahwa kita harus memiliki cara pandang surgawi dalam hidup kita di bumi ini. Meskipun kita hidup dalam dunia ini, kita harus melihatnya melalui kacamata surgawi, melaluinya kita bisa menjaga kehidupan agar tetap lurus dan teratur.

Kita tidak hidup untuk saat ini saja, tetapi juga untuk kekekalan. Jika kita mau menikmati kekekalan bersama Kristus, kita juga harus mencari Dia dalam dunia ini. Hidup kita bukan merupakan suatu perjalanan menuju kematian, tetapi perjalanan menuju surga. Destinasi manakah yang kita sedang tuju? Apakah kita merupakan pengikut Kristus?


Kesimpulan

Kaum Puritan adalah kumpulan musafir yang memiliki visi tentang surga, yang berjalan dalam dunia ini kepada suatu lokasi yang hanya bisa dilihat di dalam Alkitab dengan mata iman. Kaum Puritan adalah kaum yang kuat, sedangkan kita lemah. Kita tidak mempelajari Alkitab baik-baik, tidak hidup secara piety, tidak bergulat melawan dosa, hidup dengan tidak adanya disiplin. Melalui mereka, kita bisa belajar bagaimana cara hidup yang disiplin untuk kemuliaan Allah tanpa jatuh ke dalam legalisme.

Semoga kiranya kita semua mau belajar dari tokoh-tokoh yang Tuhan bangkitkan di dalam sejarah. Berahap Tuhan membangkitkan lagi kaum pemuda-pemudi yang mau hidup takut akan Tuhan dalam dunia ini. Tuhan pernah melakukannya di masa lalu, akankah Ia melakukannya lagi? Jika ya, apakah anda salah satu yang ikut bagian di dalamnya?

"Puritans saw themselves as God's pilgrims traveling home, God's warriors battling against the world, the flesh, and the devil; and God's servant under orders to do all the good they could as they went along." - J. I. Packer -

Semoga memberkati. Soli Deo Gloria.


Dino

Comments

Popular Post

6 ciri-ciri pertobatan yang sejati

My Experience - Food Combining VS Autoimmune

Food Combining Changed My Life