Puritan Theology (Introduction)
Seminggu sebelum berangkat ke Cairns, saya memikirkan buku apa yang perlu saya bawa untuk bermeditasi selama 4 bulan. Jika bawa buku yang kecil-kecil, pasti perlu banyak sekali. Saya kemudian teringat satu buku yang disarankan oleh kakak saya, katanya bagus sekali. Buku itu berjudul A Puritan Theology: Doctrine For Life yang ditulis oleh Joel R. Beeke & Mark Jones.
Terlintas dalam pikiran saya untuk membelinya, tetapi saya ragu karena harganya cukup mahal, yaitu 80 AUD. Beberapa hari sebelum berangkat, ternyata Koorong diskon 20-25% sehingga buku yang 80 dollar itu menjadi 64 dollar. Saya langsung tau bahwa Tuhan suruh saya untuk beli dan baca buku ini saat di Cairns 4 bulan (Ini salah satu contoh waktu saya singgung Tuhan kasih tau kehendakNya pada saya).
Saya tidak bermaksud membuat ringkasan, apalagi menerjemahkan buku ini. Tetapi saat saya membacanya dan ada poin-poin yang menarik, biasanya saya corat coret dan garis bawahi. Sehingga dalam 4 bulan kedepan, akan banyak tulisan-tulisan yang berasal dari buku ini. Buku ini mendapatkan banyak sekali pujian dari tokoh-tokoh penting, khususnya dari kalangan Christian Historian. Buku ini dianggap cukup baik dalam membahas sejarah dan penerapan teologi dari kaum Puritan. Buku ini terdiri atas 60 bab, 1050 halaman mengenai berbagai cara yang dilakukan kaum Puritan untuk menerapkan teologi mereka ke kehidupan sehari-hari.
Kata "Puritan" berasal dari tahun 1560an, sebagai suatu perendahan kepada orang-orang yang mau membawa reformarsi lebih lanjut di gereja Inggris. Tetapi istilah ini juga digunakan untuk kaum yang mengidentifikasikan mereka sebagai Reformed atau Calvinistik pada abad ke-16 dan juga 17. Buku ini membahas mengenai teologi kaum Puritan. Dalam setiap babnya, akan membahas berbagai cakupan dari teologi sistematik dari kaum Puritan.
Tidak ada kepastian kapan era kaum Puritan berakhir. Trueman misalnya, berpendapat bahwa tahun 1662 adalah tahun terakhir Puritan era. Tokoh lain, misalnya Skyes, mengatakan tahun 1689. Ada juga yang mengatakan bahwa kaum Puritan ditutup dengan kematian dari John Howe (1630-1705), seorang pelayan di Silver Street Presbyterian Church, London.
Menentukan kapan era Puritan berakhir merupakan hal yang penting. Meskipun Jonathan Edwards (1703-1758) adalah seorang Puritan dalam hal teologi dan piety, dan bahkan dianggap sebagai orang terakhir kaum Puritan, tetapi dia bukan merupakan Puritan dalam kajian sejarah. Tokoh-tokoh besar penganut teologi Puritan lainnya, misalnya Thomas Chalmers (1780-1847), Charles Huddon Spurgeon (1834-1892), John Charles Ryle (1816-1900), Martyn Lloyd-Jones (1899-1981), James I. Packer (b. 1926), meskipun mendapatkan pengaruh besar dari pengajaran Puritan, bukanlah seorang kaum Puritan jika ditinjau dari sisi sejarah.
Apa yang membuat kaum Puritan menjadi berbeda? Tom Webster mengatakan bahwa ada 3 hal yang membedakan kaum Puritan. Pertama, Puritan memiliki suatu hubungan yang dinamis dengan Tuhan yang akhirnya membentuk kerangka berpikir, perasaan, dan jiwa mereka. Kedua, Puritan menganut sistem kepercayaan yang berlandaskan pada Alkitab, sekarang ini kita biasa menggunakan istilah Reformed. Ketiga, melalui basis kesamaan akan pengalaman spiritual dan kesatuan akan iman, kaum Puritan membangun sebuah jaringan antara pelayan dan juga kaum awam.
Hal yang membedakan dari kaum Puritan adalah hidupnya yang terus di re-form sesuai dengan Alkitab. Kaum Puritan dengan penuh komitmen mencari dan memahami Alkitab, mengorganisasikan hasil temuan mereka dan menerapkannya kepada seluruh aspek di kehidupan. Misalnya saja Thomas Goodwin. Sebagai seorang Puritan, dia merupakan seorang spiritual leader yang berlandaskan pada kepercayaan Reformed dan pengalaman berelasi dengan Tuhan.
J. I. Packer memiliki suatu definisi yang baik mengenai kaum Puritan. Dia mengatakan bahwa "Puritanism was an evangelical holiness movement seeking to implement its vision of spiritual renewal, national and personal, in the church, the state, and the home; in education, evangelism, and economics; in individual discipleship and devotion, and in pastoral care and competence."
Review buku Puritan Theology: Doctrine For Life oleh Paul Washer
Soli Deo Gloria
Terlintas dalam pikiran saya untuk membelinya, tetapi saya ragu karena harganya cukup mahal, yaitu 80 AUD. Beberapa hari sebelum berangkat, ternyata Koorong diskon 20-25% sehingga buku yang 80 dollar itu menjadi 64 dollar. Saya langsung tau bahwa Tuhan suruh saya untuk beli dan baca buku ini saat di Cairns 4 bulan (Ini salah satu contoh waktu saya singgung Tuhan kasih tau kehendakNya pada saya).
Saya tidak bermaksud membuat ringkasan, apalagi menerjemahkan buku ini. Tetapi saat saya membacanya dan ada poin-poin yang menarik, biasanya saya corat coret dan garis bawahi. Sehingga dalam 4 bulan kedepan, akan banyak tulisan-tulisan yang berasal dari buku ini. Buku ini mendapatkan banyak sekali pujian dari tokoh-tokoh penting, khususnya dari kalangan Christian Historian. Buku ini dianggap cukup baik dalam membahas sejarah dan penerapan teologi dari kaum Puritan. Buku ini terdiri atas 60 bab, 1050 halaman mengenai berbagai cara yang dilakukan kaum Puritan untuk menerapkan teologi mereka ke kehidupan sehari-hari.
Kata "Puritan" berasal dari tahun 1560an, sebagai suatu perendahan kepada orang-orang yang mau membawa reformarsi lebih lanjut di gereja Inggris. Tetapi istilah ini juga digunakan untuk kaum yang mengidentifikasikan mereka sebagai Reformed atau Calvinistik pada abad ke-16 dan juga 17. Buku ini membahas mengenai teologi kaum Puritan. Dalam setiap babnya, akan membahas berbagai cakupan dari teologi sistematik dari kaum Puritan.
Tidak ada kepastian kapan era kaum Puritan berakhir. Trueman misalnya, berpendapat bahwa tahun 1662 adalah tahun terakhir Puritan era. Tokoh lain, misalnya Skyes, mengatakan tahun 1689. Ada juga yang mengatakan bahwa kaum Puritan ditutup dengan kematian dari John Howe (1630-1705), seorang pelayan di Silver Street Presbyterian Church, London.
Menentukan kapan era Puritan berakhir merupakan hal yang penting. Meskipun Jonathan Edwards (1703-1758) adalah seorang Puritan dalam hal teologi dan piety, dan bahkan dianggap sebagai orang terakhir kaum Puritan, tetapi dia bukan merupakan Puritan dalam kajian sejarah. Tokoh-tokoh besar penganut teologi Puritan lainnya, misalnya Thomas Chalmers (1780-1847), Charles Huddon Spurgeon (1834-1892), John Charles Ryle (1816-1900), Martyn Lloyd-Jones (1899-1981), James I. Packer (b. 1926), meskipun mendapatkan pengaruh besar dari pengajaran Puritan, bukanlah seorang kaum Puritan jika ditinjau dari sisi sejarah.
Apa yang membuat kaum Puritan menjadi berbeda? Tom Webster mengatakan bahwa ada 3 hal yang membedakan kaum Puritan. Pertama, Puritan memiliki suatu hubungan yang dinamis dengan Tuhan yang akhirnya membentuk kerangka berpikir, perasaan, dan jiwa mereka. Kedua, Puritan menganut sistem kepercayaan yang berlandaskan pada Alkitab, sekarang ini kita biasa menggunakan istilah Reformed. Ketiga, melalui basis kesamaan akan pengalaman spiritual dan kesatuan akan iman, kaum Puritan membangun sebuah jaringan antara pelayan dan juga kaum awam.
Hal yang membedakan dari kaum Puritan adalah hidupnya yang terus di re-form sesuai dengan Alkitab. Kaum Puritan dengan penuh komitmen mencari dan memahami Alkitab, mengorganisasikan hasil temuan mereka dan menerapkannya kepada seluruh aspek di kehidupan. Misalnya saja Thomas Goodwin. Sebagai seorang Puritan, dia merupakan seorang spiritual leader yang berlandaskan pada kepercayaan Reformed dan pengalaman berelasi dengan Tuhan.
J. I. Packer memiliki suatu definisi yang baik mengenai kaum Puritan. Dia mengatakan bahwa "Puritanism was an evangelical holiness movement seeking to implement its vision of spiritual renewal, national and personal, in the church, the state, and the home; in education, evangelism, and economics; in individual discipleship and devotion, and in pastoral care and competence."
Review buku Puritan Theology: Doctrine For Life oleh Paul Washer
Soli Deo Gloria
Comments
Post a Comment