Posts

Showing posts from October, 2017

Demi kemuliaanMu ya Tuhan

Pada minggu yang lalu tanggal 28 Oktober 2017, GRII Sydney mengadakan hari Kebangunan dan Perjuangan Iman yang ke-4. Saya tidak akan membahas mengenai perpecahan gereja 4 tahun yang lalu, sebab saya pun tidak tahu jelas mengenai kronologinya. Tetapi berdasarkan testimoni yang ada, terlihat jelas bahwa begitu banyak individu yang dibangunkan kerohaniannya sejak saat itu. Beberapa hari sebelumnya, saya baru saja selesai membaca buku "The Suprising Work of God" yang di tulis oleh Jonathan Edwards. Dalam buku ini, Edwards memberikan kesaksian secara singkat mengenai kebangunan rohani secara besar-besaran yang terjadi di New England (Amerika Serikat) tahun 1734-35, yang disebut juga The Great Awakening . Saat itu Edwards melayani sebagai pastor di  Northampton, Massachusetts. Pada bulan Desember tahun 1734, Roh Tuhan ( The Spirit of God ) bekerja secara luar biasa bagi orang-orang di wilayah tersebut. Secara mendadak, satu per satu, 5 hingga 6 orang bertobat dalam waktu yang s

Memaksa diri untuk membaca

"Gua suka banget baca buku, membaca itu hal yang sangat menyenangkan," " Well , itu kan elu, gua sih enggak". Ada orang yang memang sejak kecil suka sekali membaca, contoh paling jelas yang saya kenal ya kakak saya sendiri. Dia tipe orang yang sejak kecil, mungkin SD atau SMP, rajin membeli dan membaca buku. Kalo kalian tau orang yang mulai baca suatu buku, lalu ga keluar kamar hingga buku itu selesai dibaca, ya itu dia. Tetapi ada orang yang sejak kecil tidak suka baca buku. Jangankan membaca, liat cover buku aja udah mulai pusing-pusing sendiri. Efek negatif dari bermain game dan menonton anime dalam jangka waktu yang panjang, membuat daya konsentrasi saya semakin pendek dan makin susah untuk membaca. Paling sedikit dalam sehari saya menghabiskan waktu untuk bermain game atau nonton anime sekitar 4 jam, paling banyak mungkin 12-16 jam. Saya terbiasa untuk sekedar menerima berbagai informasi dari layar komputer secara pasif. Tetapi saat membaca buku, kita harus

Taat (Menjalaninya tidak semudah mengatakannya)

Sesungguhnya lebih mudah bagi kita untuk mengatakan, "Ya Tuhan. Saya mau taat", ketimbang menjalankannya. Meskipun keinginan Tuhan atas kita sudah cukup jelas, tetapi apa daya. Sebagai manusia kita juga memiliki keinginan atas diri kita sendiri. Hal ini digambarkan dengan cukup jelas dalam buku Elisabeth Elliot yang berjudul Passion and Purity. "I was wishing that my wishes were what God wished, and if my wishes were not what God wished, I wished that I could wish that my wishes would go away, but the wishes were still there." Waktu kita dihadapkan dengan perkara-perkara kecil, mudah bagi kita untuk taat. Tetapi waktu kita dihadapkan dengan perkara-perkara besar, menjalaninya tidak semudah mengatakannya. Dalam beberapa bulan terakhir, saya bergumul untuk mencari kehendak Tuhan, apakah Dia mau untuk saya pergi ke North Australia selama 3-4 bulan, lalu apply visa tahun kedua atau tidak. Di dalam pergumulan, saya berdoa, mendengarkan firman Tuhan, membaca buku roh

Kerjakan segala sesuatu untuk Tuhan

Cerita mengenai kesuksesan orang lain yang bekerja di luar negeri menjadi sesuatu yang enak di telinga kita. Tetapi cerita itu tidak hanya berhenti di situ saja. Begitu banyak "cerita belakang layar" yang lebih sering disimpan untuk diri sendiri ketimbang diceritakan ke orang lain. Jika orang menanyakan kepada kita bagaimana kerja di luar negeri, mudah bagi kita untuk menceritakan keindahan, besarnya gaji, apalagi kalo di kurs kan ke mata uang negeri asal. Kita jarang sekali menceritakan sisi lain dari bekerja di luar negeri, misalnya: pengeluaran yang besar, kesendirian, maupun tingkat stress yang tinggi. Sydney adalah satu kota yang menarik banyak orang untuk datang dan bekerja, apalagi dengan upah kerja minimum yang terbilang cukup besar. Saya pun datang dengan suatu pemikiran bisa hidup nyaman, enak, sambil banyak menabung. Apakah gajinya besar? Mungkin iya. Apakah hidupnya nyaman? Hampir pasti tidak. Saya tidak bisa melihat dari perspektif orang-orang yang memang war

Hati yang baru dan roh yang baru

"What's your plan for long weekend? Wanna come to party? Or we can go to brothel together. I will sponsor you" , tanya salah satu rekan saya di tempat kerja. Tanpa adanya suatu pergumulan, kesulitan, ataupun penyangkalan diri, saya dengan mudah sekali menolak. Saya katakan, "No thanks. I am gonna go to Church and have bible study there" . Di lain kesempatan, dia mengatakan: "Oh man! Let's go bro, have some fun! Should I introduce to some girl? You can do (xxx) with her" . Saat itu saya menjawab, "Nah bro, it is a sin" . "Sin? I can't wait to go home and make a sin bro!" , jawabnya kembali. Suatu hari akhirnya saya sadar. Sepertinya ada yang salah dengan diri saya. Kita seharusnya menjadi orang Kristen yang menyangkal diri. Tapi kok ini rasanya ga ada yang perlu disangkal ya. Seharusnya saat diajak untuk berbuat dosa, hati kita menjadi gelisah. Seharusnya ada suatu pergumulan yang berat, antara kita mau pilih yang kita in

Belajar untuk taat

Dalam satu-dua bulan terakhir ini, saya sangat bergumul terkait beberapa hal yang penting. Hingga waktu yang semakin dekat, pimpinan Tuhan belum juga muncul. Beberapa orang terdekat mulai bertanya, "Gimana? Sudah ambil keputusan?". Dengan susah hati, saya cuma bisa katakan, "Belum. Saya masih cari pimpinan Tuhan". Jawaban seperti ini umumnya masih bisa untuk diterima bagi sesama orang Kristen. Tetapi dalam satu kesempatan, yang bertanya adalah orang non Kristen. Saya pun memberi jawaban yang sama, "Saya masih cari pimpinan Tuhan". Saya sangat terkejut mendengar respon yang dia berikan. Dia mengatakan, "Tuhan itu sibuk. Banyak orang di luar sana yang menangis-nangis. Dia ga ngurusin urusan kecil kayak urusan elu". Melalui hal tersebut, saya baru menyadari bahwa hanya agama Kristen yang memiliki konsep bahwa "Tuhan itu berada di dekat kita. Dia tidak tinggal atau berada di suatu lokasi yang jauh di sana. Dia bukan Tuhan yang mencipta bumi, l

I don't have enough faith to be an atheist

Melalui tulisan ini, saya akan menceritakan bagaimana perjalanan hidup dan bagaimana saya menemukan Tuhan. Sebetulnya kalimatnya kurang tidak tepat. Mengapa saya mencari dan akhirnya menemukan Dia? Apakah selama ini Dia hilang hingga perlu dicari? Bukankah Ia selalu ada di sana dan tidak pernah berubah? Lalu mengapa saya yang secara aktif mencari dia? Siapa yang hilang? Saya atau Dia? Saya percaya bahwa manusia tidak akan mungkin bisa menemukan Tuhan. Manusia yang telah jatuh dalam dosa, telah kehilangan kemampuan untuk bisa berinteraksi dengan Tuhan. Lalu bagaimana mungkin bisa menemukan Tuhan? Satu-satunya alasan seseorang bisa bertemu dengan Dia adalah karena Dialah yang secara aktif datang dan  mencari kita. Semenejak lahir, saya berada dalam keluarga yang memiliki kondisi ekonomi sangat baik. Jangankan kebutuhan, segala keinginan pun selalu saya dapatkan. Hal ini membuat saya hidup terlalu tenang, nyaman, dan tentunya tidak pernah mengerti betapa sulitnya mencari uang. K