It is easy to trust when you can trust yourself
Dalam satu bulan ini, Tuhan mengajarkan untuk terus bersandar kepada Dia. Beberapa waktu yang lalu saya kembali merenungkan, mengapa saya berani untuk memilih work and holiday di Australia. Tentu saya tahu dengan jelas itu pimpinan Tuhan, oleh karenanya saya berani untuk menjalankannya.
Setelah satu bulan lebih di Cairns, saya akhirnya menemukan titik terang apakah Tuhan memang mengkonfirmasi saya ke sini atau tidak. Saya telah menceritakan di post sebelumnya mengenai 'tanda' yang saya minta dari Tuhan, sebab telah banyak usaha dijalankan, tetapi belum ada hasil. Tidak lama setelah itu, saya mendapatkan telpon dan akhirnya diterima untuk bekerja. Meskipun belum bekerja secara resmi, tetapi secara aktif sudah mulai bekerja sedikit-sedikit. Kemungkinan nanti tanggal 28 Desember baru akan secara resmi bekerja.
Saya pergi ke Cairns sebagai upaya memenuhi syarat apply second year visa. Untuk memperolehnya, saya diharuskan untuk bekerja dan mendapatkan payslip paling sedikit 13 minggu. Jika saya hitung, dari nanti tanggal 28 Desember (jika sudah resmi bekerja) hingga durasi visa saya habis, ada sebanyak 14 minggu. Waktunya memang sangat-sangat mepet, tetapi benar adanya pertolongan Tuhan selalu tepat waktu, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Durasi waktu yang 'tepat' ini mungkin adalah satu bentuk pemeliharaan Tuhan yang sangat nyata. Sekali lagi, saya mendapatkan kesempatan untuk mencicipi betapa besar anugerah dan pemeliharaannya.
Di dalam post sebelumnya, saya juga menyinggung bahwa sejak pertama work and holiday, saya diajar untuk boleh terus bersandar kepada Tuhan. Mengapa? Sebab untuk mencari pekerjaan di sini, kualifikasi diri (pendidikan, pengalaman kerja, jaringan kerja) tidak terpakai, sehingga saya tahu betul bahwa jika saya dapat, itu semata-mata anugerah.
Beberapa hari yang lalu, saya mulai membaca satu buku yang saya bawa dari Sydney, berjudul Praying Successfully yang ditulis oleh C. H. Spurgeon. Baru saja saya membaca di bab yang pertama, isinya sangat mengejutkan. Secara mendadak, sepertinya Tuhan memberikan suatu jawaban yang jelas mengapa saya pergi work and holiday, khususnya terkait ke Cairns.
Dalam bukunya, Spurgeon menuliskan, "Have you ever noticed that whenever God is about to give you a promotion, elevating you to a larger sphere of service or a higher platform of spiritual life, you always get thrown down? That is His usual method of working. He makes you hungry before He feeds you. He makes you nothing before He makes you something. Why is this? God wants to teach you several things."
1. Berdoa
Melalui kesulitan-kesulitan ini, Tuhan mengajarkan kita untuk berdoa. Agar seseorang bisa dipakai oleh Tuhan, dia harus belajar bagaimana cara berdoa. Jika engkau sudah menjadi besar tanpa doa, suatu hari kebesaran itu sendiri yang akan menghancurkan kita. Jika Tuhan mau memberikan kita anugerah yang besar, Dia akan membuat kita berdoa secara sungguh-sungguh.
Hal ini sangat benar saya rasakan. Sejak di Cairns, melihat kondisi yang sepi ini, saya terus menerus berdoa kepadaNya. Saya tahu bahwa pekerjaan datangnya dari Tuhan. Sehingga tidak perlu untuk minta-minta dan mengemis kepada manusia. Memang benar adanya bahwa kita adalah pengemis, seperti yang dikatakan oleh Luther. Tetapi kita bukan menjadi pengemis kepada manusia. Kita punya Tuhan, minta dan mengemislah kepada Dia.
2. Percaya kepada Tuhan
Dari setiap poin, bagian ini sangat-sangat menyentuh saya secara pribadi. Tuhan selalu menyayangi dan menghormati orang yang percaya kepada Dia. Spurgeon menuliskan. "Oh, it is easy to trust when you can trust yourself. But when you cannot trust yourself, when your spirit sinks below zero in the chill of utter despair, then it is time to trust in God."
Bukankah mudah bagi kita untuk percaya saat kita bisa mempercayai diri kita? Bukankah mudah untuk menjalani pimpinan Tuhan saat kita memiliki kualifikasi untuk mengerjakannya? Tetapi waktu Tuhan memanggil kita mengerjakan sesuatu yang tidak bisa kita kerjakan, berada di kondisi terpuruk, bukankah ini saatnya untuk sepenuhnya percaya kepada Dia?
Saya ingat waktu pertama melamar bekerja di Bakery. Ada pengalaman? Tidak. Mau tidak mau berdoa dan bersandar kepada Dia. Entah bagaimana akhirnya keterima juga. Lalu sekarang melamar kerja di Restaurant. Ada pengalaman? Tidak. Mau tidak mau terus bersandar kepada Dia. Akhirnya dikatakan diterima, nanti akan dilatih untuk bagian masak, meskipun belum secara resmi bekerja.
Oh betapa mudahnya untuk percaya kepada Tuhan saat kita bisa mempercayai diri sendiri. Tetapi masihkah kita percaya kepada Dia di saat kita tidak bisa mengandalkan diri lagi?
3. Berdiri sendirian
Waktu Tuhan mau membuat seseorang besar, orang tersebut akan diajar untuk berdiri sendirian. Bukankah mudah untuk tetap hidup benar di hadapan Tuhan jika kita diawasi oleh sekeliling kita? Mungkin kita tidak berbuat dosa bukan karena kita memang mencintai Tuhan, tetapi mungkin sekedar malu diliat orang?
Saat Luther menyampaikan ketidak setujuannya dengan Katolik Roma saat itu, apakah tidak ada sama sekali orang yang sependapat dengan dia? Banyak orang-orang dekatnya yang juga setuju dengan pemikirannya, tetapi bukannya mendukung dia, melainkan mengatakan, "Be quiet, Martin. You will be burned at the stake if you do not hold your tongue. Let us stay where we are, in the Church of Rome, even if we have to hear false teaching. We can believe the Gospel and still remain where we are."
Seseorang akan diajar oleh Tuhan untuk teguh berdiri meskipun sendirian. Tidak peduli seberapa banyak kesulitan dan cobaan yang ada, kita harus tetap teguh berdiri, meskipun tidak ada orang lain yang setuju dengan kita. Tentu saja menyenangkan untuk memiliki kekasih, teman, keluarga yang berdiri bersama dengan kita. Tetapi, jika tidak ada yang mau pergi ke surga, saya akan mengucapkan selamat tinggal dan pergi ke sana meskipun sendirian.
4. Bersukacita di dalam Tuhan
Bukankah hal yang mudah bagi kita untuk bersukacita di dalam Tuhan saat situasi mudah? Saat kita menerima begitu banyak berkat dari Dia, misalnya pekerjaan yang baik, uang, kesehatan, teman-teman dekat, orang yang terkasih, keluarga, bukankah mudah untuk bersyukur? Tetapi di saat sebaliknya. Saat kita kehilangan pekerjaan kita, orang yang kita kasihi, keuangan, kesehatan, dapatkah kita bersukacita di dalam Tuhan?
Beberapa hari yang lalu, pembacaan Alkitab saya sampai ke Ayub. Jika kita berada di dalam kondisinya, saat seluruh berkat itu di ambil, masihkah kita bisa bersukacita di dalam Tuhan? Bukankah berkat itu lebih kurang pentingnya dibandingkan Tuhan sendiri? Mengapa kita begitu susah hati saat kehilangan berkat, bukankah yang terpenting adalah pribadi yang memberikannya?
Hal senada juga disampaikan oleh John Flavel dalam bukunya yang berjudul Facing Grief. Meskipun adalah yang sangat menyedihkan untuk kita kehilangan seseorang yang kita kasihi, tetapi ingatlah bahwa kita memiliki Tuhan yang pemberi hidup itu.
5. Belajar bersimpati
Seseorang yang akan dipakai Tuhan secara besar akan diajarkan untuk bersimpati dengan orang Kristen yang lain. Banyak orang Kristen yang hidupnya terlalu mudah sehingga tidak bisa bersimpati pada kesulitan orang lain. Tetapi seseorang yang mengalami naik turun dan pertumbuhan kedewasaan dalam hidup, diperlengkapi oleh Tuhan untuk menolong orang lain.
Melalui banyak kesulitan, kita belajar banyak hal dan semakin bertumbuh dewasa. Setelah itu, adalah tugas kita untuk menggembalakan orang yang lebih muda dan memberikan penghiburan kepada orang yang juga mengalami kesulitan tersebut. Jika kita mengetahui ada orang yang sedang berada dalam kesulitan, sempatkanlah diri untuk memberikan penghiburan kepadanya, meskipun hanya sebentar saja.
6. Memuji Tuhan
Jika Tuhan ingin memakai kita, Dia akan mengajarkan kita untuk terus bersukacita dan senantiasa memuji. Tentu mudah untuk memuji Tuhan di saat-saat senang. Tetapi di saat kesulitan itu tiba, apa yang akan keluar dari mulut kita? Pujian atau keluhan? Kiranya kita belajar untuk senantiasa memuji Tuhan di kala kondisi apapun.
"If you have a cheerful spirit, if you are glad in the Lord and joyful after all your trials and afflictions, and if you rejoice all the more because you have been brought low, then God is making something out of you. He will yet use you to lead His people to greater works of grace."
Semoga memberkati. Soli Deo Gloria.
Dino
Setelah satu bulan lebih di Cairns, saya akhirnya menemukan titik terang apakah Tuhan memang mengkonfirmasi saya ke sini atau tidak. Saya telah menceritakan di post sebelumnya mengenai 'tanda' yang saya minta dari Tuhan, sebab telah banyak usaha dijalankan, tetapi belum ada hasil. Tidak lama setelah itu, saya mendapatkan telpon dan akhirnya diterima untuk bekerja. Meskipun belum bekerja secara resmi, tetapi secara aktif sudah mulai bekerja sedikit-sedikit. Kemungkinan nanti tanggal 28 Desember baru akan secara resmi bekerja.
Saya pergi ke Cairns sebagai upaya memenuhi syarat apply second year visa. Untuk memperolehnya, saya diharuskan untuk bekerja dan mendapatkan payslip paling sedikit 13 minggu. Jika saya hitung, dari nanti tanggal 28 Desember (jika sudah resmi bekerja) hingga durasi visa saya habis, ada sebanyak 14 minggu. Waktunya memang sangat-sangat mepet, tetapi benar adanya pertolongan Tuhan selalu tepat waktu, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Durasi waktu yang 'tepat' ini mungkin adalah satu bentuk pemeliharaan Tuhan yang sangat nyata. Sekali lagi, saya mendapatkan kesempatan untuk mencicipi betapa besar anugerah dan pemeliharaannya.
Di dalam post sebelumnya, saya juga menyinggung bahwa sejak pertama work and holiday, saya diajar untuk boleh terus bersandar kepada Tuhan. Mengapa? Sebab untuk mencari pekerjaan di sini, kualifikasi diri (pendidikan, pengalaman kerja, jaringan kerja) tidak terpakai, sehingga saya tahu betul bahwa jika saya dapat, itu semata-mata anugerah.
Beberapa hari yang lalu, saya mulai membaca satu buku yang saya bawa dari Sydney, berjudul Praying Successfully yang ditulis oleh C. H. Spurgeon. Baru saja saya membaca di bab yang pertama, isinya sangat mengejutkan. Secara mendadak, sepertinya Tuhan memberikan suatu jawaban yang jelas mengapa saya pergi work and holiday, khususnya terkait ke Cairns.
Dalam bukunya, Spurgeon menuliskan, "Have you ever noticed that whenever God is about to give you a promotion, elevating you to a larger sphere of service or a higher platform of spiritual life, you always get thrown down? That is His usual method of working. He makes you hungry before He feeds you. He makes you nothing before He makes you something. Why is this? God wants to teach you several things."
1. Berdoa
Melalui kesulitan-kesulitan ini, Tuhan mengajarkan kita untuk berdoa. Agar seseorang bisa dipakai oleh Tuhan, dia harus belajar bagaimana cara berdoa. Jika engkau sudah menjadi besar tanpa doa, suatu hari kebesaran itu sendiri yang akan menghancurkan kita. Jika Tuhan mau memberikan kita anugerah yang besar, Dia akan membuat kita berdoa secara sungguh-sungguh.
Hal ini sangat benar saya rasakan. Sejak di Cairns, melihat kondisi yang sepi ini, saya terus menerus berdoa kepadaNya. Saya tahu bahwa pekerjaan datangnya dari Tuhan. Sehingga tidak perlu untuk minta-minta dan mengemis kepada manusia. Memang benar adanya bahwa kita adalah pengemis, seperti yang dikatakan oleh Luther. Tetapi kita bukan menjadi pengemis kepada manusia. Kita punya Tuhan, minta dan mengemislah kepada Dia.
2. Percaya kepada Tuhan
Dari setiap poin, bagian ini sangat-sangat menyentuh saya secara pribadi. Tuhan selalu menyayangi dan menghormati orang yang percaya kepada Dia. Spurgeon menuliskan. "Oh, it is easy to trust when you can trust yourself. But when you cannot trust yourself, when your spirit sinks below zero in the chill of utter despair, then it is time to trust in God."
Bukankah mudah bagi kita untuk percaya saat kita bisa mempercayai diri kita? Bukankah mudah untuk menjalani pimpinan Tuhan saat kita memiliki kualifikasi untuk mengerjakannya? Tetapi waktu Tuhan memanggil kita mengerjakan sesuatu yang tidak bisa kita kerjakan, berada di kondisi terpuruk, bukankah ini saatnya untuk sepenuhnya percaya kepada Dia?
Saya ingat waktu pertama melamar bekerja di Bakery. Ada pengalaman? Tidak. Mau tidak mau berdoa dan bersandar kepada Dia. Entah bagaimana akhirnya keterima juga. Lalu sekarang melamar kerja di Restaurant. Ada pengalaman? Tidak. Mau tidak mau terus bersandar kepada Dia. Akhirnya dikatakan diterima, nanti akan dilatih untuk bagian masak, meskipun belum secara resmi bekerja.
Oh betapa mudahnya untuk percaya kepada Tuhan saat kita bisa mempercayai diri sendiri. Tetapi masihkah kita percaya kepada Dia di saat kita tidak bisa mengandalkan diri lagi?
3. Berdiri sendirian
Waktu Tuhan mau membuat seseorang besar, orang tersebut akan diajar untuk berdiri sendirian. Bukankah mudah untuk tetap hidup benar di hadapan Tuhan jika kita diawasi oleh sekeliling kita? Mungkin kita tidak berbuat dosa bukan karena kita memang mencintai Tuhan, tetapi mungkin sekedar malu diliat orang?
Saat Luther menyampaikan ketidak setujuannya dengan Katolik Roma saat itu, apakah tidak ada sama sekali orang yang sependapat dengan dia? Banyak orang-orang dekatnya yang juga setuju dengan pemikirannya, tetapi bukannya mendukung dia, melainkan mengatakan, "Be quiet, Martin. You will be burned at the stake if you do not hold your tongue. Let us stay where we are, in the Church of Rome, even if we have to hear false teaching. We can believe the Gospel and still remain where we are."
Seseorang akan diajar oleh Tuhan untuk teguh berdiri meskipun sendirian. Tidak peduli seberapa banyak kesulitan dan cobaan yang ada, kita harus tetap teguh berdiri, meskipun tidak ada orang lain yang setuju dengan kita. Tentu saja menyenangkan untuk memiliki kekasih, teman, keluarga yang berdiri bersama dengan kita. Tetapi, jika tidak ada yang mau pergi ke surga, saya akan mengucapkan selamat tinggal dan pergi ke sana meskipun sendirian.
4. Bersukacita di dalam Tuhan
Bukankah hal yang mudah bagi kita untuk bersukacita di dalam Tuhan saat situasi mudah? Saat kita menerima begitu banyak berkat dari Dia, misalnya pekerjaan yang baik, uang, kesehatan, teman-teman dekat, orang yang terkasih, keluarga, bukankah mudah untuk bersyukur? Tetapi di saat sebaliknya. Saat kita kehilangan pekerjaan kita, orang yang kita kasihi, keuangan, kesehatan, dapatkah kita bersukacita di dalam Tuhan?
Beberapa hari yang lalu, pembacaan Alkitab saya sampai ke Ayub. Jika kita berada di dalam kondisinya, saat seluruh berkat itu di ambil, masihkah kita bisa bersukacita di dalam Tuhan? Bukankah berkat itu lebih kurang pentingnya dibandingkan Tuhan sendiri? Mengapa kita begitu susah hati saat kehilangan berkat, bukankah yang terpenting adalah pribadi yang memberikannya?
Hal senada juga disampaikan oleh John Flavel dalam bukunya yang berjudul Facing Grief. Meskipun adalah yang sangat menyedihkan untuk kita kehilangan seseorang yang kita kasihi, tetapi ingatlah bahwa kita memiliki Tuhan yang pemberi hidup itu.
5. Belajar bersimpati
Seseorang yang akan dipakai Tuhan secara besar akan diajarkan untuk bersimpati dengan orang Kristen yang lain. Banyak orang Kristen yang hidupnya terlalu mudah sehingga tidak bisa bersimpati pada kesulitan orang lain. Tetapi seseorang yang mengalami naik turun dan pertumbuhan kedewasaan dalam hidup, diperlengkapi oleh Tuhan untuk menolong orang lain.
Melalui banyak kesulitan, kita belajar banyak hal dan semakin bertumbuh dewasa. Setelah itu, adalah tugas kita untuk menggembalakan orang yang lebih muda dan memberikan penghiburan kepada orang yang juga mengalami kesulitan tersebut. Jika kita mengetahui ada orang yang sedang berada dalam kesulitan, sempatkanlah diri untuk memberikan penghiburan kepadanya, meskipun hanya sebentar saja.
6. Memuji Tuhan
Jika Tuhan ingin memakai kita, Dia akan mengajarkan kita untuk terus bersukacita dan senantiasa memuji. Tentu mudah untuk memuji Tuhan di saat-saat senang. Tetapi di saat kesulitan itu tiba, apa yang akan keluar dari mulut kita? Pujian atau keluhan? Kiranya kita belajar untuk senantiasa memuji Tuhan di kala kondisi apapun.
"If you have a cheerful spirit, if you are glad in the Lord and joyful after all your trials and afflictions, and if you rejoice all the more because you have been brought low, then God is making something out of you. He will yet use you to lead His people to greater works of grace."
Semoga memberkati. Soli Deo Gloria.
Dino
Comments
Post a Comment