H +37 in Sydney

Hari ini tanggal 08 Mei 2017, tidak terasa sudah 5 minggu berlalu sejak saya menginjakkan kaki di negara ini. Pada postingan yang lalu, saya baru mendapatkan pekerjaan, dan sejak saat itu mulai bekerja. Saya tidak akan bicara terlalu banyak terkait pekerjaan yang saya lakukan sekarang, karena belum jelas hal-hal apa terkait pekerjaan yang boleh di sharing ke publik atau tidak.

Singkat cerita, telah 3 minggu saya mulai bekerja di sebuah perusahaan bakery yang cukup besar di Australia. Pekerjaannya cukup menguras tenaga, tetapi upah yang diberikan sangat sepadan, jadi  there is nothing to complain. Di Australia, pembayaran gaji pekerja casual biasanya antara per minggu atau per 2 minggu, jadi saya sudah mendapatkan gaji pertama saya di Australia ini pada minggu lalu.

Jumlahnya tidak terlalu banyak, tetapi jelas sekali cukup. Alasannya adalah karena pada periode itu terdapat beberapa hari libur, yaitu Jumat Agung, Paskah, dan Anzac Day. Selama ini saya mengira bahwa orang yang bisa bekerja di luar negeri itu enak sekali, gaji nya besar, negaranya nyaman, dll. Sesampainya saya di sini, barulah saya menyadari bahwa hal itu keliru. Pendapatannya memang besar jika diconvert ke rupiah, tetapi biaya hidup di sini juga sangat tinggi. Uang itu suatu hal, tapi bukan hal yang terpenting. Hidup di negara lain berarti harus siap menyendiri dan berpisah dengan kerabat atau keluarga terdekat. Dan itu sama sekali bukan hal yang mudah. Saya merupakan orang yang sangat beruntung karena memiliki saudara dan rekan di GRII Sydney.

Saya sempat menyinggung di postingan sebelumnya bagaimana Tuhan memimpin saya untuk datang ke tempat ini. Begitu banyak anugerahNya yang terus diberikan satu per satu hingga saat ini. Bagaimana saya apply visa, datang ke tempat ini, bekerja, dan lain-lain. Saya menjadi teringat akan lirik dari lagu "Count your blessing". Seluruh liriknya sangat tepat dan membuat saya menyadari pimpinan Tuhan. Lirik bisa di lihat di sini: http://library.timelesstruths.org/music/Count_Your_Blessings/

Saat ini, saya sedang mengalami sebuah kesulitan. Ternyata meskipun sudah bekerja, jam kerjanya tidak pasti, dan dalam satu minggu mungkin hanya bekerja 3-4 hari saja. Seperti sekarang, saya sedang tidak bekerja, Saya sedang berpikir sambil mendoakan untuk tetap di sini atau mencari pekerjaan lain yang full time. Tetapi di saat waktu kosong seperti ini, saya mencoba untuk memanfaatkannya sebaik mungkin, khususnya belajar memasak.

Di Indonesia saya hampir tidak pernah memasak, tetapi di Sydney, semua orang mau tidak mau harus belajar memasak, jika mau hemat. Biaya sekali makan di luar itu paling tidak 10 dollar, yang berarti 20 dollar per hari, Jika memasak, biaya bisa dikurangi hingga 5-10 dollar per hari,

Saya akan kembali menulis setelah saya mengetahui apakah saya perlu stay di tempat kerja ini atau harus pindah ke tempat lain.

Comments

Popular Post

6 ciri-ciri pertobatan yang sejati

My Experience - Food Combining VS Autoimmune

Food Combining Changed My Life