When Love Become Hatred
Sabtu, tanggal 3 Maret yang lalu, saya mendapatkan kesempatan untuk melayani sebagai liturgis di acara Welcoming Day Persekutuan Pemuda & Pekerja GRII Sydney. Sungguh merupakan anugerah untuk bisa kembali meskipun hanya sebentar, dan sama-sama melayani. Ini adalah kali ketiga saya menjadi seorang liturgis.
Saya memiliki latar belakang di bidang komunikasi, sehingga tidak terlalu sulit bagi saya untuk presentasi dan berbicara di depan orang lain. Tetapi ada bagian yang saya begitu kesulitan, yaitu memilih lagu dan memimpin jemaat untuk memuji Tuhan. Sepertinya Tuhan tau kesulitan yang saya miliki, mungkin itu sebabnya Dia memberikan penolong terkait hal ini 😌 (just realized it by now).
Sejak beberapa minggu sebelumnya, ada 2 lagu yang sudah muncul di benak saya. Sehingga tanpa pikir panjang saya akhirnya memilih kedua lagu ini untuk dinyanyikan pada hari Welcoming Day minggu lalu. Kedua lagu yang saya terus pikirkan adalah A Prayer for Humility dan Bila Kau Pernah Cinta Yesus. Saya ingin membahas banyak mengenai lagu yang pertama, tetapi mungkin bukan sekarang. Saya akan lebih memfokuskan untuk lagu yang kedua terlebih dahulu.
Lagu "Bila Kau Pernah Cinta Yesus" dikarang oleh Pak Tong yang sekaligus merupakan pendiri GRII. Lagu ini berisikan ajakan bagi orang-orang yang pernah mencintai Kristus tetapi akhirnya meninggalkan Dia, dan menganggap sepi akan anugerahNya. Saat merenungkannya ada bagian-bagian yang saya begitu sulit untuk mengerti. Mungkinkah seseorang yang pernah mencintai Kristus akhirnya meninggalkan Dia? Bukankah hal yang mustahil bagi seseorang yang pernah sungguh-sungguh mengenal dan mencintai Dia tetapi akhirnya berbalik dan meninggalkanNya?
Di tengah-tengah pemikiran ini, saya teringat seorang rekan di tempat kerja sekarang ini. Dia adalah seorang laki-laki, dan telah tinggal bersama pacarnya (entah berapa bulan atau tahun). Saya masih mengingat waktu di mana rekan saya itu menceritakan betapa ia mencintai pacarnya. Sebuah cerita yang umum sekali di Australia. Dia jatuh cinta, berpacaran, dan akhirnya mengajak pacarnya untuk pindah tinggal bersama. Tetapi dalam satu bulan terakhir, dia mulai bercerita bahwa ada konflik di tengah-tengah mereka. Tidak jelas juga alasannya, tetapi dia merasa sudah tidak cocok atau cinta lagi.
Tidak terlalu lama, hanya dalam beberapa minggu saja semuanya berubah. Ia bercerita bahwa sudah tidak lagi tinggal bersama dengan pacarnya itu. Saya kemudian bertanya, "What happened?". Jawabannya sungguh-sungguh mengejutkan, dia mengatakan, "I kicked her out. Told her to get the f*** out of here".
Saya sangat terkejut dan heran sekali. Bagaimana orang yang katanya mencintai sungguh-sungguh, kemudian menjadi biasa saja, bahkan terakhir berubah menjadi benci. Saya mendadak teringat cerita di Alkitab mengenai Amnon dan Tamar di Kitab 1 Samuel 13. Tertulis bahwa pada awalnya Amnon begitu mencintai Tamar. Tetapi kita semua tahu bahwa cerita tersebut tidak berjalan dengan seharusnya, dan akhirnya berujung kepada kebencian luar biasa terhadap Tamar, setelah Amnon mendapatkan apa yang dia inginkan.
Memang tertulis bahwa Amnon mencintai Tamar, tetapi apakah dia sungguh-sungguh mencintai dia? Beberapa commentator dan John Piper meyakini bahwa ia sebenarnya tidak mencintai Tamar, melainkan hanya melihatnya sebagai suatu objek pelampiasan seksual saja. Itu sebabnya setelah dia mendapatkan apa yang dia inginkan, dia langsung mengusirnya begitu saja (bahkan tidak menikahinya, baca: Exodus 22:16, dan Deuteronomy 22:28-29).
Saya yakin bahwa seseorang yang pada akhirnya meninggalkan Kristus, sebetulnya tidak pernah sungguh-sungguh mencintai Dia. Saya tidak sama sekali mengungkiri bahwa diperlukan suatu effort di dalam suatu relasi, baik sesama manusia maupun Tuhan. Tentu saja dalam sebuah relasi pasti ada naik turunnya. Tetapi jika kita sungguh-sungguh mencintai Dia, kita tidak akan meninggalkan Dia.
Seperti lagu Bila Kau Pernah Cinta Yesus, saya mengajak kita semua untuk kembali dan sungguh-sungguh mencintai Kristus.
Dino
Cairns, 11 Maret 2018
Saya memiliki latar belakang di bidang komunikasi, sehingga tidak terlalu sulit bagi saya untuk presentasi dan berbicara di depan orang lain. Tetapi ada bagian yang saya begitu kesulitan, yaitu memilih lagu dan memimpin jemaat untuk memuji Tuhan. Sepertinya Tuhan tau kesulitan yang saya miliki, mungkin itu sebabnya Dia memberikan penolong terkait hal ini 😌 (just realized it by now).
Sejak beberapa minggu sebelumnya, ada 2 lagu yang sudah muncul di benak saya. Sehingga tanpa pikir panjang saya akhirnya memilih kedua lagu ini untuk dinyanyikan pada hari Welcoming Day minggu lalu. Kedua lagu yang saya terus pikirkan adalah A Prayer for Humility dan Bila Kau Pernah Cinta Yesus. Saya ingin membahas banyak mengenai lagu yang pertama, tetapi mungkin bukan sekarang. Saya akan lebih memfokuskan untuk lagu yang kedua terlebih dahulu.
Lagu "Bila Kau Pernah Cinta Yesus" dikarang oleh Pak Tong yang sekaligus merupakan pendiri GRII. Lagu ini berisikan ajakan bagi orang-orang yang pernah mencintai Kristus tetapi akhirnya meninggalkan Dia, dan menganggap sepi akan anugerahNya. Saat merenungkannya ada bagian-bagian yang saya begitu sulit untuk mengerti. Mungkinkah seseorang yang pernah mencintai Kristus akhirnya meninggalkan Dia? Bukankah hal yang mustahil bagi seseorang yang pernah sungguh-sungguh mengenal dan mencintai Dia tetapi akhirnya berbalik dan meninggalkanNya?
Di tengah-tengah pemikiran ini, saya teringat seorang rekan di tempat kerja sekarang ini. Dia adalah seorang laki-laki, dan telah tinggal bersama pacarnya (entah berapa bulan atau tahun). Saya masih mengingat waktu di mana rekan saya itu menceritakan betapa ia mencintai pacarnya. Sebuah cerita yang umum sekali di Australia. Dia jatuh cinta, berpacaran, dan akhirnya mengajak pacarnya untuk pindah tinggal bersama. Tetapi dalam satu bulan terakhir, dia mulai bercerita bahwa ada konflik di tengah-tengah mereka. Tidak jelas juga alasannya, tetapi dia merasa sudah tidak cocok atau cinta lagi.
Tidak terlalu lama, hanya dalam beberapa minggu saja semuanya berubah. Ia bercerita bahwa sudah tidak lagi tinggal bersama dengan pacarnya itu. Saya kemudian bertanya, "What happened?". Jawabannya sungguh-sungguh mengejutkan, dia mengatakan, "I kicked her out. Told her to get the f*** out of here".
Saya sangat terkejut dan heran sekali. Bagaimana orang yang katanya mencintai sungguh-sungguh, kemudian menjadi biasa saja, bahkan terakhir berubah menjadi benci. Saya mendadak teringat cerita di Alkitab mengenai Amnon dan Tamar di Kitab 1 Samuel 13. Tertulis bahwa pada awalnya Amnon begitu mencintai Tamar. Tetapi kita semua tahu bahwa cerita tersebut tidak berjalan dengan seharusnya, dan akhirnya berujung kepada kebencian luar biasa terhadap Tamar, setelah Amnon mendapatkan apa yang dia inginkan.
Memang tertulis bahwa Amnon mencintai Tamar, tetapi apakah dia sungguh-sungguh mencintai dia? Beberapa commentator dan John Piper meyakini bahwa ia sebenarnya tidak mencintai Tamar, melainkan hanya melihatnya sebagai suatu objek pelampiasan seksual saja. Itu sebabnya setelah dia mendapatkan apa yang dia inginkan, dia langsung mengusirnya begitu saja (bahkan tidak menikahinya, baca: Exodus 22:16, dan Deuteronomy 22:28-29).
Saya yakin bahwa seseorang yang pada akhirnya meninggalkan Kristus, sebetulnya tidak pernah sungguh-sungguh mencintai Dia. Saya tidak sama sekali mengungkiri bahwa diperlukan suatu effort di dalam suatu relasi, baik sesama manusia maupun Tuhan. Tentu saja dalam sebuah relasi pasti ada naik turunnya. Tetapi jika kita sungguh-sungguh mencintai Dia, kita tidak akan meninggalkan Dia.
Seperti lagu Bila Kau Pernah Cinta Yesus, saya mengajak kita semua untuk kembali dan sungguh-sungguh mencintai Kristus.
Dino
Cairns, 11 Maret 2018
Comments
Post a Comment