Wisata Kuliner, sekedar hobi atau alasan pembenaran diri?

Pada saat menulis note sebelumnya yang berjudul "Rasional, baikkah?", tanpa sadar keinginan untuk menulis menjadi tinggi sekali. Akan tetapi memang agak bingung apa mengenai topik apa yang enaknya menjadi bahan tulisan. Setelah berpikir sekian waktu, akhirnya saya memutuskan untuk menulis tentang "dunia" yang sebelumnya tidak pernah terpikir akan saya sentuh, yaitu "Kesehatan".

Ketika berbicara mengenai konteks "Kesehatan" mungkin akan sedikit berbeda dengan yang namanya dunia "Kedokteran". Apakah perbedaannya? Menurut saya perbedaan yang paling signifikan adalah wilayah mainnya, dimana Kedokteran umumnya bersifat Kuratif sedangkan dunia Kesehatan yang saya pelajari bersifat Preventif.

Sederhananya adalah pembelajaran mengenai Kuratif adalah melihat masalah lalu selesaikan masalah tersebut. Misalnya anda menderita sakit kepala, dokter akan memberikan pil-pil ajaib yang akan menyelesaikan masalah anda. 

Bertolak belakang dengan Kesehatan yang Preventif, jika menemukan seseorang yang menderita sakit kepala, kita akan mencari tahu dahulu mengapa alasan tubuh mengaktifkan "alarm" yang berupa sakit kepala tersebut.

Saya akan bicara terus terang, saya adalah orang yang sangat-sangat membenci seorang Dokter. Kenapa? Alasannya sangat mudah, mereka tidak lebih dari sekedar perampok yang memakai baju lebih keren aja.

Telah saya temui tidak terhitung para dokter yang bukannya membantu orang tapi justru merampok orang. Sehingga saya mencapai titik kecewa dimana tidak lagi percaya kepada Dokter.

Akan tetapi kemudian saya membaca sebuah buku yang ditulis oleh seorang Dokter yang sangat luar biasa. Nama dokter tersebut adalah Hiromi Shinya. Pada saat membaca buku tersebut, barulah saya menemukan bahwa tidak semua dokter yang berlaku demikian, seperti halnya polisi, ada yang baik ada juga yang tidak.

Barulah saya menemukan banyak dokter yang benar-benar menjalankan panggilan hidupnya untuk membantu orang lain secara benar, seperti: dr. Fereydoon Batmanghelidj, dr. Herbert M. Shelton, dr. Luo, dr. Tan Shot Yen, dr. Howard Hay, dr. Edward Howell, dr. Otto Heinrich Warburg, dsb.

Wah keasyikan Intro malah jadi gak masuk ke content nih mengenai "Wisata Kuliner".

Sejak beberapa tahun yang lalu, hobi "Wisata Kuliner" menjadi sangat membludak di Indonesia khususnya DKI Jakarta. Saya sering menemukan orang-orang yang secara khusus pergi ke daerah-daerah tertentu untuk mencicipi makanan khas tersebut. Belum lagi semenjak majunya dunia teknologi, sekarang kalo orang mau makan kudu difoto dulu dan disebarkan melalui social media yang ada.

Dari fenomena yang terjadi inilah saya memunculkan sebuah pertanyaan, "Bolehkah wisata kuliner?"

Jawabannya sebenarnya mudah, "Boleh, tapi sebatas wisata loh".

Saya tidak tahu jelas sejak kapan hobi berupa Wisata Kuliner ini mulai meledak. Tapi mungkin salah satu pemacunya adalah banyaknya acara televisi yang isinya perjalanan seorang tokoh ke tempat-tempat tertentu untuk mencicipi makanan khasnya. Salah satu tokoh yang paling terkenal di Indonesia dalam bidang kuliner mungkin adalah Bapak Bondan Winarno.

Jika hanya tahu muka, ini adalah foto beliau.. 


Mungkin acara inilah yang memberi kontribusi besar kepada hobi "Wisata Kuliner" ini. Akan tetapi disisi lain usaha tempat makan maju, ada juga satu usaha yang meningkat yaitu Rumah Sakit. 

Berapa orang yang umur 20 udah sakit Diabetes? Sakit Jantung? Stroke? Gagal Ginjal? Obesitas?

Kabar yang paling ngeri yang pernah saya dengar adalah anak umur 14 sudah kena stroke, hanya berbaring di ranjang rumah sakit.

Miris sungguh rasanya jika mendengar orang-orang yang tidak menjaga makan lalu mengatakan "Gue kan anak wisata kuliner!".

Memangnya anak kuliner harus makan enak terus gitu? Tanpa peduli kesehatan? Apakah tokoh penikmat Kuliner itu harus kena obesitas/penyakit-penyakit mengerikan lainnya gitu baru bisa dikatakan tokoh kuliner sejati?

Ataukah justru orang-orang penikmat wisata kuliner sejati adalah orang yang sehari-harinya menjaga makan dengan baik, sehingga pada waktu-waktu tertentu bisa "Wisata Kuliner"?

Lah namanya aja wisata? Berarti gak setiap waktu dong? Wisata berarti hanya dilakukan sekali-sekali pada waktu melepaskan diri dari kegiatan rutinitas sehari-hari?

Pada waktu saya memulai sebuah gerakan "Sarapan Buah" melaui Twitter di @SarapanBuah , saya menemukan beberapa fakta yang ternyata agak mengejutkan.

Waktu memulai sebuah kampanye, saya mencoba mencari tokoh yang mungkin bisa membantu saya dalam menjalankan kampanye ini. 

Tokoh pertama yang membantu saya adalah Pakar Food Combining yaitu Erikar Lebang (@erikarlebang), yang kemudian juga dibantu oleh Bapak Bondan Winarno (@PakBondan).

Sejak awal saya udah tahu bahwa Mas Erikar ini adalah seorang penikmat kuliner sejati. Di rutinitas sehari-harinya makannya dijaga sekali sehingga pada saat melakukan Wisata Kuliner, dapat lepas rem sampe blong.

Pada saat saya bertanya kepada Pak Bondan, "Apakah bapak memakan buah untuk sarapan?", beliau menjawab "Saya selalu makan Pepaya dan Pisang dipagi hari".

Awalnya saya sempat shock juga bahwa ternyata Pak Bondan ini adalah tokoh yang juga menjaga makannya dihari-hari biasa. Keterkejutan saya tidak berhenti disana, tapi berlanjut ketika mengetahui bahwa beliau selalu menyantap Salad di siang dan malam hari. Tidak pernah diduga sebelumnya ternyata tokoh yang ditelevisi terlihat suka makan segala macam tanpa memikirkan kesehatan, ternyata justru adalah orang yang mengerti benar prinsip-prinsip kesehatannya.

Para-para tokoh yang menjaga makan memang terlihat lebih muda atau bisa dikatan awet muda. Salah satunya adalah Kak Seto yang saya paling heran karena sejak saya SD sampai Kuliah mukanya tetap sama tidak nambah tua, belakangan baru saya tahu bahwa beliau adalah Vegetarian.

Jadi, siapa yang masih ngaku-ngaku pelaku kuliner yang sejati karena itu gamau jaga makan? Itu mah namanya bukan wisata kuliner, namanya rusak tubuh sendiri tapi pake alasan "Kuliner" untuk pembenaran diri!

Comments

Popular Post

6 ciri-ciri pertobatan yang sejati

My Experience - Food Combining VS Autoimmune

Food Combining Changed My Life