2017. What a year. Part 2
Tanggal 05 April 2017, saya tiba di Sydney. Sangat-sangat excited,
mengingat ini pertama kalinya saya tinggal di luar negeri. Bersyukur
sekali lagi, saya memiliki saudara yang membuka pintu rumahnya untuk
saya tinggali, sehingga semuanya jauh lebih mudah.
Beberapa hari berlalu, saya mulai berkeliling kota Sydney sendirian sekaligus mengurus berbagai dokumen yang diperlukan (Telephone number, Bank account, Tax File Number, Superannuation, dan lain-lain). Waktu-waktu itu sungguh menyenangkan, jalan-jalan menelusuri kota yang memang begitu indah. Setelah dokumen-dokumen itu selesai diurus, saya akhirnya mulai berkeliling untuk drop resume dan mencari-cari pekerjaan via online.
Setelah hampir seminggu berlalu, perasaan semula yang excited mulai menjadi kuatir. Bagaimana tidak? Persediaan uang mulai menipis, belum ada juga kabar mengenai pekerjaan. Terlebih lagi, saya menyadari satu hal yang semakin menambah kegelisahan. Semula saya mengira mencari pekerjaan di sini akan mudah, saya masih muda, pendidikan S2, dan juga memiliki pengalaman bekerja sebelumnya (kantoran).
Saya berkeliling dan memasuki berbagai tempat (kebanyakan cafe/restoran) untuk mencari pekerjaan. Akhirnya saya menyadari bahwa mereka tidak peduli mengenai pendidikan dan pekerjaan saya sebelumnya. Mereka lebih peduli apakah saya bisa menjadi kasir, memasak, membuat kopi? Saat itu saya cukup down. Tidak ada jalan lain, hanya bisa berdoa dan minta saja sama Tuhan.
Di saat yang bersamaan, saya juga mulai untuk hadir dan beribadah di GRII Sydney. Saya mengingat kalimat yang pernah saya sampaikan kepada Tuhan, bahwa saya akan selalu hadir tiap sabtu untuk mengikuti Persekutuan Doa dan juga Persekutuan Pemuda Pekerja. Dan memang, setelah 7 bulan berlalu, tidak pernah sekalipun saya melewatkannya.
Saat berdoa meminta pekerjaan kepada Tuhan, saya sekaligus minta untuk pekerjaan full time hari Senin hingga Jumat saja, agar Sabtu dan Minggu bisa saya berikan secara utuh di gereja. Saya ingat seperti bernegosiasi dengan Tuhan. "Saya tidak tahu nantinya akan dapat pekerjaan seperti apa. Mungkin shift pagi, siang, malam, weekday, weekend, dekat, jauh, dan sebagainya. Tetapi saya akan ambil apapun yang pertama nanti ditawarkan. Oleh karenanya, tolong berikan pekerjaan yang fulltime hari Senin-Jumat, sehingga saya bisa untuk ke gereja Sabtu dan Minggu".
Setelah lebih dari seminggu, saya melihat ada postingan terkait pekerjaan di grup Facebook "The Rock". Ada suatu kalimat yang membuat saya sangat tertarik saat itu, yaitu "No experience needed, will be trained". Saya melihat rasanya too good too be true, tetapi tidak ada pilihan lain. Tentu saja saya langsung mengontak pihak yang membuat postingan tersebut.
Beberapa saat kemudian, saya menerima balasan bahwa pekerjaan tersebut sudah tidak ada lagi, sudah occupied. Tentunya kecewa juga, tetapi saya pikir ya berarti ini bukan yang Tuhan mau. Dengan sopan saya ucapkan terima kasih atas balasannya, karena bagaimanapun dia tidak memiliki kewajiban untuk membalas pesan yang saya kirimkan.
Tidak tahu bagaimana ceritanya, akhirnya dia membalas lagi dan memberikan nomor kontak manager di tempat kerja tersebut. Dia meminta saya untuk menghubunginya untuk menjadwalkan interview / trial bekerja. Akhirnya saya mengirimkan pesan ke manager tersebut dan mengikuti interview di tempat kerja tersebut. Semula saya mengira tempat kerjanya kecil / terpencil / tidak terkenal, sebab di postingannya tidak disebut pekerjaannya apa dan dimana. Tetapi ternyata tempat kerjanya sangat besar dan bagus, malahan salah satu Bakery terbaik yang ada di Sydney.
Saat interview dan trial tidak berjalan terlalu baik. Saya yang tidak punya pengalaman di Hospitality sama sekali, kemudian dicemplungkan di lingkungan yang isinya makanan, di mana kebersihan sangat penting. Terlebih lagi saat saya mau menyerahkan resume saya, manager bilang tidak usah. Nanti akan dikabari kelanjutannya.
Beberapa hari kemudian saya menerima kabar bahwa saya diterima bekerja di tempat tersebut, yaitu Sonoma Bakery. Saat itu juga, saya tahu 100% bahwa Tuhan memang mau untuk saya kerja di situ. Untuk apa, saya belum tahu. Tetapi melalui hal-hal tersebut, yang semula dikatakan sudah penuh tetapi tiba2 diundang interview, tidak melihat resume, tidak apa-apa kalo tidak ada pengalaman, itu meyakinkan saya bahwa memang ini dari Tuhan. Terlebih lagi, jam kerjanya adalah Senin hingga Jumat saja, sehingga saya bisa memberikan seutuhnya waktu Sabtu dan Minggu saya di gereja.
Dari semua tempat yang saya kunjungi, saya memberikan resume saya. Tetapi dari semua tempat, saya justru diterima di tempat yang tidak sama sekali melihat resume saya. Tuhan sepertinya menegur bahwa saya terlalu pede dengan diri sendiri, dan Tuhan sengaja kasih pekerjaan yang tidak lihat hal itu. Awalnya saya mempertanyakan kenapa, tapi akhirnya saya mengerti, "Because it is not about you. It is about Me, kata Tuhan."
Sewaktu saya mulai bekerja, tentunya cukup melelahkan. Saya bekerja pagi hari jam 6 atau 7 hingga jam 2 atau 3 sore hari. Tetapi meskipun demikian, hari demi hari saya habiskan dengan membaca artikel mengenai kekristenan dan buku-buku yang baik. Memang secara fisik cukup lelah, tetapi ada suatu semangat saat membaca buku rohani dan mendengar khotbah-khotbah yang baik, mengingat saya tahu dengan jelas 100% bahwa Tuhan menyertai hingga saat itu.
Saya tahu dengan jelas Tuhan suruh saya ke Sydney, hal ini dikonfirmasi melalui banyak hal. Dia berikan saya tempat tinggal, pekerjaan, semua hal yang saya perlukan. Sehingga saya menaruh hati saya secara utuh di GRII Sydney. Saya datang secara konsisten, mendedikasikan waktu dan uang saya di sana, sebab saya tahu 100% memang Tuhan menyuruh saya demikian. Saya bukan orang terlalu rohani, tetapi anugerah yang Tuhan berikan terlalu banyak sehingga saya tidak mungkin menolak melakukan apa yang Dia suruh saya kerjakan.
Dua bulan kemudian, saya mendapatkan tawaran untuk menjadi pengurus di Persekutuan Pemuda Pekerja GRII Sydney. Tuhan kembali mengingatkan apa yang pernah dikatakannya seminggu sebelum saya pergi ke Sydney. Tidak perlu waktu lama untuk saya mengiyakannya. Sejak semula sebelum berangkat, Tuhan sudah kasih tau untuk saya disuruh melayani di GRII Sydney. Tetapi saya tidak bicara ke siapa-siapa, nanti pasti Tuhan yang konfirmasi sendiri, akan ada orang yang menawarkan ke saya. Hal ini mungkin salah satu yang paling unik di dalam kekristenan. Selama kita tahu itu dari Tuhan, tidak perlu menyalahi ordo, Dia pasti akan bicara ke orang lain mengenai hal yang sama. Dan hal itu akhirnya terjadi juga, meskipun lebih cepat dari ekspektasi saya.
Hari demi hari berlanjut, saya merasa terus bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan. Saya menjadi lebih rajin membaca, mendengar firman dan juga mulai untuk menulis blog. Dua bulan kemudian, saya mendapatkan 2 anugerah lagi dari Tuhan. Saya diminta untuk melayani di KTB UNSW (University of New South Wales) bersama dengan kedua pemimpin lainnya, yaitu Tim dan Sarah. Di saat yang bersamaan, GRII Sydney juga mengadakan acara Welcoming Day untuk kaum mahasiswa-mahasiswi yang baru datang, dan saya diminta menjadi liturgis di situ.
Bulan itu cukup padat, mengingat di 2 pelayanan tersebut, saya tidak memiliki pengalaman sama sekali. Jangankan menjadi pembina di KTB, ikut KTB aja rasanya tidak pernah. Liturgis juga sama, tidak pernah. Tetapi ini menjadi suatu kesempatan untuk belajar dan semakin bertumbuh di dalam mengenal Tuhan. Pelayanan adalah suatu hal yang sangat menarik. Seolah-olah kita memberikan sesuatu kepada orang lain, tetapi sebetulnya kita sendiri yang paling banyak mendapatkan berkat dari hal tersebut.
Selama di KTB UNSW, saya banyak mendedikasikan waktu untuk persiapan. Melalui buku yang kami gunakan, berjudul "Jesus The Reason", saya semakin belajar untuk mengenal sosok Kristus. Dalam satu semester, kami membahas rangkaian peristiwa kelahiran, masa hidupnya di dunia, kematian, hingga kebangkitannya. Di dalam persiapan, saya belajar lebih banyak membaca Alkitab khususnya kitab-kitab Injil, dan juga menggunakan Study Bible, maupun Commentary.
Agar tidak menyesatkan orang lain, saya juga mengikuti kelas Katekisasi di GRII Sydney dan membaca doktrin-doktrin dasar yang ada di Kekristenan. Sehingga sebetulnya melalui pelayanan ini, saya sendiri yang paling banyak mendapatkan anugerah dan pengenalan akan Tuhan.
Melalui pelayanan sebagai liturgis pun saya mendapatkan anugerah yang besar. Saya tidak pernah sama sekali melakukan pelayanan di bidang ini, tau-tau diminta untuk mengerjakan, di hari yang penting pula. Saya akhirnya belajar banyak hal, khususnya mengenai rangkaian ibadah, meskipun akhirnya menjadi terlalu formal padahal formatnya persekutuan. Melalui persiapan itu juga, saya berkenalan dengan seseorang yang nantinya menjadi pasangan saya.
Semula saya cukup ragu juga apakah bisa meneruskan di dalam pelayanan KTB UNSW, mengingat waktunya mungkin sekali bentrok dengan pekerjaan saya. Tetapi ternyata waktunya cukup pas, saya bekerja dari pagi hingga sore, kemudian KTB baru berlangsung sesudahnya. Seakan-akan Tuhan kembali mengkonfirmasi bahwa memang ini yang Dia mau.
Setelah hampir 6 bulan di Sydney, saya kembali memikirkan apa yang selanjutnya Tuhan mau untuk saya kerjakan. Sesuai dengan aturan visa, saya hanya bisa bekerja di satu tempat selama 6 bulan. Dan jika dalam kurun waktu satu tahun, saya bekerja di daerah Australia Utara selama paling tidak 3 bulan, saya bisa mendapatkan visa bekerja satu tahun lagi.
Saya tidak terlalu memikirkan sebetulnya mengenai rencana second year. Sebab saya pikir satu tahun sudah cukup. Pikir saya, nanti setelah saya balik Indonesia akan sulit untuk mencari pekerjaan kantoran lagi, sebab tidak aktif selama dua tahun. Terlebih lagi, rencana saya saat ke Sydney adalah bekerja selama satu tahun, kemudian mengumpulan modal untuk buka usaha nanti di Indonesia.
Kemudian salah satu pengurus di gereja mempertanyakan bagaimana rencana saya sesudah ini. Apakah terpikir untuk apply second year sehingga bisa melayani lagi di GRII Sydney? Baru sejak itu saya mulai berpikir apa yang Tuhan mau untuk saya kerjakan. Apakah Tuhan mau untuk saya pulang atau coba untuk apply second year? Kalo ditanya kehendak saya, jawabannya mudah sekali yaitu pulang ke Indonesia. Tetapi saya belum berani jalankan karena belum tahu apakah itu yang Tuhan mau. Bagaimanapun juga, saya memang merasa begitu banyak anugerah yang saya dapatkan khususnya selama melayani di GRII Sydney.
Waktu terus berjalan, dan saya cukup yakin bahwa Tuhan mau untuk apply second year. Tetapi saya meminta kembali konfirmasi agar saya tahu bahwa itu memang kehendak Dia. Sudah ada satu tanda yang mungkin menunjukkan hal ini. Rekan kerja saya sesama orang Indonesia sudah punya rencana untuk pergi ke Cairns sebagai syarat untuk apply second year, sehingga paling tidak sudah ada teman. Tetapi itu masih tanda yang abu-abu, saya minta agar Tuhan berikan lagi yang lebih jelas.
Di saat yang bersamaan, saya ditanya oleh salah satu Hamba Tuhan di GRII Sydney terkait pasangan. Disadari atau tidak, entah berapa persen, tapi banyak orang-orang muda di Indonesia yang cukup takut untuk menikah. Tentunya mau, tapi nanti tunggu mapan terlebih dahulu. Saya termasuk orang yang demikian. Saya berpikir untuk balik ke Indonesia, buka usaha, nanti sudah mapan baru mulai mikir cari pasangan. Sehingga waktu ditanya hal tersebut, saya dengan enteng menjawab tidak memikirkan hal itu sekarang ini. Ngapain juga cari pasangan di Sydney, toh saya juga tidak lama-lama di sini, pikir saya. Saat itu C Sari mengingatkan bahwa tidak bisa begitu, bahkan beliau berniat untuk mencarikan.
Tetapi diluar rencana, saya mulai ada suatu feeling dengan seseorang di GRII Sydney. Saya kemudian bertanya dahulu kepada Tuhan apakah ini memang kehendak Dia atau bukan. Terlebih lagi, saya bertanya apakah ini merupakan "tanda tambahan" yang saya minta sebelumnya untuk mengkonfirmasi bahwa Tuhan mau saya ke Cairns untuk syarat second year? Saya kemudian membaca Alkitab, membaca buku-buku yang baik, mendengar khotbah terkait relationship atau pasangan untuk mengetahui apa pimpinan Tuhan, sebab Tuhan selalu berbicara melalui Firman.
Tidak bisa saya ceritakan satu per satu, tetapi melalui banyak tokoh, misalnya Elisabeth Elliot, Joshua Harris, John Piper, C.H. Spurgeon, Paul Washer, Tim Conway, dan lain-lain sangat membantu saya untuk menemukan jawaban akan hal ini. Hari demi hari saya semakin yakin bahwa orang tersebut adalah pimpinan Tuhan. Tetapi saya juga berkonsultasi terlebih dahulu kepada Hamba Tuhan di GRII Sydney. Jika saat itu mereka tidak menyetujui, pasti saya tidak jadi mengatakannya. Tetapi responnya positif, dan berakhir dengan positif juga.
Begitu banyak yang terjadi, semua diluar rencana atau ekspektasi saya. Tuhan memang baik, dan rencana Dia selalu lebih baik, pertanyaannya apakah kita mau percaya dan taat atau tidak? Setelah itu akhirnya saya secara resmi berpacaran, dan hal ini juga mengkonfirmasi bahwa Tuhan memang mau untuk second year. Oleh karenanya, tanggal 15 November 2017 saya pergi ke Cairns. Banyak hal juga diluar dugaan yang saya temui di Cairns. Tetapi sejauh ini anugerah Tuhan masih cukup dan Dia terus konfirmasi.
Sekian part 2. Kelanjutan mengenai pimpinan Tuhan selama di Cairns akan diupdate di part 3.
Semoga memberkati. Soli Deo Gloria.
Dino
Beberapa hari berlalu, saya mulai berkeliling kota Sydney sendirian sekaligus mengurus berbagai dokumen yang diperlukan (Telephone number, Bank account, Tax File Number, Superannuation, dan lain-lain). Waktu-waktu itu sungguh menyenangkan, jalan-jalan menelusuri kota yang memang begitu indah. Setelah dokumen-dokumen itu selesai diurus, saya akhirnya mulai berkeliling untuk drop resume dan mencari-cari pekerjaan via online.
Setelah hampir seminggu berlalu, perasaan semula yang excited mulai menjadi kuatir. Bagaimana tidak? Persediaan uang mulai menipis, belum ada juga kabar mengenai pekerjaan. Terlebih lagi, saya menyadari satu hal yang semakin menambah kegelisahan. Semula saya mengira mencari pekerjaan di sini akan mudah, saya masih muda, pendidikan S2, dan juga memiliki pengalaman bekerja sebelumnya (kantoran).
Saya berkeliling dan memasuki berbagai tempat (kebanyakan cafe/restoran) untuk mencari pekerjaan. Akhirnya saya menyadari bahwa mereka tidak peduli mengenai pendidikan dan pekerjaan saya sebelumnya. Mereka lebih peduli apakah saya bisa menjadi kasir, memasak, membuat kopi? Saat itu saya cukup down. Tidak ada jalan lain, hanya bisa berdoa dan minta saja sama Tuhan.
Di saat yang bersamaan, saya juga mulai untuk hadir dan beribadah di GRII Sydney. Saya mengingat kalimat yang pernah saya sampaikan kepada Tuhan, bahwa saya akan selalu hadir tiap sabtu untuk mengikuti Persekutuan Doa dan juga Persekutuan Pemuda Pekerja. Dan memang, setelah 7 bulan berlalu, tidak pernah sekalipun saya melewatkannya.
Saat berdoa meminta pekerjaan kepada Tuhan, saya sekaligus minta untuk pekerjaan full time hari Senin hingga Jumat saja, agar Sabtu dan Minggu bisa saya berikan secara utuh di gereja. Saya ingat seperti bernegosiasi dengan Tuhan. "Saya tidak tahu nantinya akan dapat pekerjaan seperti apa. Mungkin shift pagi, siang, malam, weekday, weekend, dekat, jauh, dan sebagainya. Tetapi saya akan ambil apapun yang pertama nanti ditawarkan. Oleh karenanya, tolong berikan pekerjaan yang fulltime hari Senin-Jumat, sehingga saya bisa untuk ke gereja Sabtu dan Minggu".
Setelah lebih dari seminggu, saya melihat ada postingan terkait pekerjaan di grup Facebook "The Rock". Ada suatu kalimat yang membuat saya sangat tertarik saat itu, yaitu "No experience needed, will be trained". Saya melihat rasanya too good too be true, tetapi tidak ada pilihan lain. Tentu saja saya langsung mengontak pihak yang membuat postingan tersebut.
Beberapa saat kemudian, saya menerima balasan bahwa pekerjaan tersebut sudah tidak ada lagi, sudah occupied. Tentunya kecewa juga, tetapi saya pikir ya berarti ini bukan yang Tuhan mau. Dengan sopan saya ucapkan terima kasih atas balasannya, karena bagaimanapun dia tidak memiliki kewajiban untuk membalas pesan yang saya kirimkan.
Tidak tahu bagaimana ceritanya, akhirnya dia membalas lagi dan memberikan nomor kontak manager di tempat kerja tersebut. Dia meminta saya untuk menghubunginya untuk menjadwalkan interview / trial bekerja. Akhirnya saya mengirimkan pesan ke manager tersebut dan mengikuti interview di tempat kerja tersebut. Semula saya mengira tempat kerjanya kecil / terpencil / tidak terkenal, sebab di postingannya tidak disebut pekerjaannya apa dan dimana. Tetapi ternyata tempat kerjanya sangat besar dan bagus, malahan salah satu Bakery terbaik yang ada di Sydney.
Saat interview dan trial tidak berjalan terlalu baik. Saya yang tidak punya pengalaman di Hospitality sama sekali, kemudian dicemplungkan di lingkungan yang isinya makanan, di mana kebersihan sangat penting. Terlebih lagi saat saya mau menyerahkan resume saya, manager bilang tidak usah. Nanti akan dikabari kelanjutannya.
Beberapa hari kemudian saya menerima kabar bahwa saya diterima bekerja di tempat tersebut, yaitu Sonoma Bakery. Saat itu juga, saya tahu 100% bahwa Tuhan memang mau untuk saya kerja di situ. Untuk apa, saya belum tahu. Tetapi melalui hal-hal tersebut, yang semula dikatakan sudah penuh tetapi tiba2 diundang interview, tidak melihat resume, tidak apa-apa kalo tidak ada pengalaman, itu meyakinkan saya bahwa memang ini dari Tuhan. Terlebih lagi, jam kerjanya adalah Senin hingga Jumat saja, sehingga saya bisa memberikan seutuhnya waktu Sabtu dan Minggu saya di gereja.
Dari semua tempat yang saya kunjungi, saya memberikan resume saya. Tetapi dari semua tempat, saya justru diterima di tempat yang tidak sama sekali melihat resume saya. Tuhan sepertinya menegur bahwa saya terlalu pede dengan diri sendiri, dan Tuhan sengaja kasih pekerjaan yang tidak lihat hal itu. Awalnya saya mempertanyakan kenapa, tapi akhirnya saya mengerti, "Because it is not about you. It is about Me, kata Tuhan."
Sewaktu saya mulai bekerja, tentunya cukup melelahkan. Saya bekerja pagi hari jam 6 atau 7 hingga jam 2 atau 3 sore hari. Tetapi meskipun demikian, hari demi hari saya habiskan dengan membaca artikel mengenai kekristenan dan buku-buku yang baik. Memang secara fisik cukup lelah, tetapi ada suatu semangat saat membaca buku rohani dan mendengar khotbah-khotbah yang baik, mengingat saya tahu dengan jelas 100% bahwa Tuhan menyertai hingga saat itu.
Saya tahu dengan jelas Tuhan suruh saya ke Sydney, hal ini dikonfirmasi melalui banyak hal. Dia berikan saya tempat tinggal, pekerjaan, semua hal yang saya perlukan. Sehingga saya menaruh hati saya secara utuh di GRII Sydney. Saya datang secara konsisten, mendedikasikan waktu dan uang saya di sana, sebab saya tahu 100% memang Tuhan menyuruh saya demikian. Saya bukan orang terlalu rohani, tetapi anugerah yang Tuhan berikan terlalu banyak sehingga saya tidak mungkin menolak melakukan apa yang Dia suruh saya kerjakan.
Dua bulan kemudian, saya mendapatkan tawaran untuk menjadi pengurus di Persekutuan Pemuda Pekerja GRII Sydney. Tuhan kembali mengingatkan apa yang pernah dikatakannya seminggu sebelum saya pergi ke Sydney. Tidak perlu waktu lama untuk saya mengiyakannya. Sejak semula sebelum berangkat, Tuhan sudah kasih tau untuk saya disuruh melayani di GRII Sydney. Tetapi saya tidak bicara ke siapa-siapa, nanti pasti Tuhan yang konfirmasi sendiri, akan ada orang yang menawarkan ke saya. Hal ini mungkin salah satu yang paling unik di dalam kekristenan. Selama kita tahu itu dari Tuhan, tidak perlu menyalahi ordo, Dia pasti akan bicara ke orang lain mengenai hal yang sama. Dan hal itu akhirnya terjadi juga, meskipun lebih cepat dari ekspektasi saya.
Hari demi hari berlanjut, saya merasa terus bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan. Saya menjadi lebih rajin membaca, mendengar firman dan juga mulai untuk menulis blog. Dua bulan kemudian, saya mendapatkan 2 anugerah lagi dari Tuhan. Saya diminta untuk melayani di KTB UNSW (University of New South Wales) bersama dengan kedua pemimpin lainnya, yaitu Tim dan Sarah. Di saat yang bersamaan, GRII Sydney juga mengadakan acara Welcoming Day untuk kaum mahasiswa-mahasiswi yang baru datang, dan saya diminta menjadi liturgis di situ.
Bulan itu cukup padat, mengingat di 2 pelayanan tersebut, saya tidak memiliki pengalaman sama sekali. Jangankan menjadi pembina di KTB, ikut KTB aja rasanya tidak pernah. Liturgis juga sama, tidak pernah. Tetapi ini menjadi suatu kesempatan untuk belajar dan semakin bertumbuh di dalam mengenal Tuhan. Pelayanan adalah suatu hal yang sangat menarik. Seolah-olah kita memberikan sesuatu kepada orang lain, tetapi sebetulnya kita sendiri yang paling banyak mendapatkan berkat dari hal tersebut.
Selama di KTB UNSW, saya banyak mendedikasikan waktu untuk persiapan. Melalui buku yang kami gunakan, berjudul "Jesus The Reason", saya semakin belajar untuk mengenal sosok Kristus. Dalam satu semester, kami membahas rangkaian peristiwa kelahiran, masa hidupnya di dunia, kematian, hingga kebangkitannya. Di dalam persiapan, saya belajar lebih banyak membaca Alkitab khususnya kitab-kitab Injil, dan juga menggunakan Study Bible, maupun Commentary.
Agar tidak menyesatkan orang lain, saya juga mengikuti kelas Katekisasi di GRII Sydney dan membaca doktrin-doktrin dasar yang ada di Kekristenan. Sehingga sebetulnya melalui pelayanan ini, saya sendiri yang paling banyak mendapatkan anugerah dan pengenalan akan Tuhan.
Melalui pelayanan sebagai liturgis pun saya mendapatkan anugerah yang besar. Saya tidak pernah sama sekali melakukan pelayanan di bidang ini, tau-tau diminta untuk mengerjakan, di hari yang penting pula. Saya akhirnya belajar banyak hal, khususnya mengenai rangkaian ibadah, meskipun akhirnya menjadi terlalu formal padahal formatnya persekutuan. Melalui persiapan itu juga, saya berkenalan dengan seseorang yang nantinya menjadi pasangan saya.
Semula saya cukup ragu juga apakah bisa meneruskan di dalam pelayanan KTB UNSW, mengingat waktunya mungkin sekali bentrok dengan pekerjaan saya. Tetapi ternyata waktunya cukup pas, saya bekerja dari pagi hingga sore, kemudian KTB baru berlangsung sesudahnya. Seakan-akan Tuhan kembali mengkonfirmasi bahwa memang ini yang Dia mau.
Setelah hampir 6 bulan di Sydney, saya kembali memikirkan apa yang selanjutnya Tuhan mau untuk saya kerjakan. Sesuai dengan aturan visa, saya hanya bisa bekerja di satu tempat selama 6 bulan. Dan jika dalam kurun waktu satu tahun, saya bekerja di daerah Australia Utara selama paling tidak 3 bulan, saya bisa mendapatkan visa bekerja satu tahun lagi.
Saya tidak terlalu memikirkan sebetulnya mengenai rencana second year. Sebab saya pikir satu tahun sudah cukup. Pikir saya, nanti setelah saya balik Indonesia akan sulit untuk mencari pekerjaan kantoran lagi, sebab tidak aktif selama dua tahun. Terlebih lagi, rencana saya saat ke Sydney adalah bekerja selama satu tahun, kemudian mengumpulan modal untuk buka usaha nanti di Indonesia.
Kemudian salah satu pengurus di gereja mempertanyakan bagaimana rencana saya sesudah ini. Apakah terpikir untuk apply second year sehingga bisa melayani lagi di GRII Sydney? Baru sejak itu saya mulai berpikir apa yang Tuhan mau untuk saya kerjakan. Apakah Tuhan mau untuk saya pulang atau coba untuk apply second year? Kalo ditanya kehendak saya, jawabannya mudah sekali yaitu pulang ke Indonesia. Tetapi saya belum berani jalankan karena belum tahu apakah itu yang Tuhan mau. Bagaimanapun juga, saya memang merasa begitu banyak anugerah yang saya dapatkan khususnya selama melayani di GRII Sydney.
Waktu terus berjalan, dan saya cukup yakin bahwa Tuhan mau untuk apply second year. Tetapi saya meminta kembali konfirmasi agar saya tahu bahwa itu memang kehendak Dia. Sudah ada satu tanda yang mungkin menunjukkan hal ini. Rekan kerja saya sesama orang Indonesia sudah punya rencana untuk pergi ke Cairns sebagai syarat untuk apply second year, sehingga paling tidak sudah ada teman. Tetapi itu masih tanda yang abu-abu, saya minta agar Tuhan berikan lagi yang lebih jelas.
Di saat yang bersamaan, saya ditanya oleh salah satu Hamba Tuhan di GRII Sydney terkait pasangan. Disadari atau tidak, entah berapa persen, tapi banyak orang-orang muda di Indonesia yang cukup takut untuk menikah. Tentunya mau, tapi nanti tunggu mapan terlebih dahulu. Saya termasuk orang yang demikian. Saya berpikir untuk balik ke Indonesia, buka usaha, nanti sudah mapan baru mulai mikir cari pasangan. Sehingga waktu ditanya hal tersebut, saya dengan enteng menjawab tidak memikirkan hal itu sekarang ini. Ngapain juga cari pasangan di Sydney, toh saya juga tidak lama-lama di sini, pikir saya. Saat itu C Sari mengingatkan bahwa tidak bisa begitu, bahkan beliau berniat untuk mencarikan.
Tetapi diluar rencana, saya mulai ada suatu feeling dengan seseorang di GRII Sydney. Saya kemudian bertanya dahulu kepada Tuhan apakah ini memang kehendak Dia atau bukan. Terlebih lagi, saya bertanya apakah ini merupakan "tanda tambahan" yang saya minta sebelumnya untuk mengkonfirmasi bahwa Tuhan mau saya ke Cairns untuk syarat second year? Saya kemudian membaca Alkitab, membaca buku-buku yang baik, mendengar khotbah terkait relationship atau pasangan untuk mengetahui apa pimpinan Tuhan, sebab Tuhan selalu berbicara melalui Firman.
Tidak bisa saya ceritakan satu per satu, tetapi melalui banyak tokoh, misalnya Elisabeth Elliot, Joshua Harris, John Piper, C.H. Spurgeon, Paul Washer, Tim Conway, dan lain-lain sangat membantu saya untuk menemukan jawaban akan hal ini. Hari demi hari saya semakin yakin bahwa orang tersebut adalah pimpinan Tuhan. Tetapi saya juga berkonsultasi terlebih dahulu kepada Hamba Tuhan di GRII Sydney. Jika saat itu mereka tidak menyetujui, pasti saya tidak jadi mengatakannya. Tetapi responnya positif, dan berakhir dengan positif juga.
Begitu banyak yang terjadi, semua diluar rencana atau ekspektasi saya. Tuhan memang baik, dan rencana Dia selalu lebih baik, pertanyaannya apakah kita mau percaya dan taat atau tidak? Setelah itu akhirnya saya secara resmi berpacaran, dan hal ini juga mengkonfirmasi bahwa Tuhan memang mau untuk second year. Oleh karenanya, tanggal 15 November 2017 saya pergi ke Cairns. Banyak hal juga diluar dugaan yang saya temui di Cairns. Tetapi sejauh ini anugerah Tuhan masih cukup dan Dia terus konfirmasi.
Sekian part 2. Kelanjutan mengenai pimpinan Tuhan selama di Cairns akan diupdate di part 3.
Semoga memberkati. Soli Deo Gloria.
Dino
Comments
Post a Comment