Ask and have

"You want what you don't have, so you scheme and kill to get it. You are jealous of what others have, but you can't get it, so you fight and wage war to take it away from them. Yet you don't have what you want because you don't ask God for it." - James 4: 2-3

Sama seperti artikel sebelumnya, saya masih mengambil bahan dari buku Praying Successfully yang ditulis oleh Spurgeon. Sebelum pergi ke Cairns, saya memilah-milih buku apa yang akan saya bawa. Salah satu pilihan saya jatuh ke buku ini, karena cover dan kata-kata pembukanya sangat menantang. Spurgeon menjamin bahwa seseorang yang meminta kepada Tuhan pasti akan mendapatkan apa yang diminta. Benarkah hal ini?

Hari ini tanggal 3 Januari 2018, saya secara resmi sudah mulai bekerja. Sebetulnya restoran tempat saya bekerja seharusnya sudah buka dari beberapa minggu yang lalu, tetapi karena satu dan lain hal, akhirnya baru buka hari ini. Awal-awalnya saya cukup tenang karena menurut perhitungan saya, masih ada waktu yang lebih dari cukup untuk mengumpulkan 13 minggu payslip sebagai syarat untuk apply second year visa. Tetapi entah kenapa, Tuhan sepertinya sengaja mengatur agar saya mulai bekerja di waktu yang benar-benar mepet, tepat 13 minggu hingga visa saya akan habis.

Sebelum saya mulai, saya sudah yakin sekali bahwa pekerjaan yang saya dapatkan sekarang ini adalah pimpinan Tuhan. Tetapi setelah mulai bekerja, saya menjadi yakin 100% bahwa ini memang yang Tuhan mau. Saya tidak tahu kenapa kok Tuhan sengaja kasih mulai bekerja waktunya benar-benar tepat 13 minggu. Mungkin Tuhan mau agar saya semakin bergantung kepada Dia? Sekali lagi, saya mendapatkan anugerah untuk mencicipi pernyataan "Pertolongan Tuhan selalu tepat waktu, tidak lebih cepat, tidak juga lebih lambat."

Sejak tiba di Cairns, saya tidak henti-hentinya berdoa kepada Tuhan untuk diberikan pekerjaan. Saya tidak memiliki pengalaman bekerja di bidang Hospitality sebelumnya. Sedangkan hampir mustahil mendapatkan pekerjaan di kota wisata seperti Cairns khususnya bagi orang yang tidak memiliki pengalaman sebelumnya. Sehingga saya tahu betul, jika saya dapat itu adalah anugerahnya semata. Tidak ada sesuatu dari diri yang bisa saya banggakan untuk mendapatkan hal tersebut.

Saya minta pekerjaan bukan karena saya mau dapat uang banyak, saya minta pekerjaan untuk nama Tuhan yang dipermuliakan. Saya berdoa dan minta agar saya bisa apply second year (sebagai konfirmasi juga apakah Tuhan mau saya balik Sydney atau tidak), uang untuk bayar perpuluhan, pembangunan gedung gereja, janji iman, dan modal untuk menikah. Bersyukur akhirnya Tuhan menjawab permintaan saya, dan Dia selalu memberikan lebih dari yang kita minta.

Jadi apakah setiap hal yang kita minta pasti akan Tuhan kasih? Spurgeon dengan keyakinan menjawab iya dan saya juga sependapat demikian. Apakah saudara setuju akan hal ini? Jika tidak, coba liat beberapa faktor di bawah ini.


1. Refusing to Ask (Menolak untuk meminta)

Apakah saudara sungguh-sungguh meminta kepada Tuhan? Apakah saudara berdoa? Apakah saudara melakukan saat teduh? Apakah saudara membaca Alkitab setiap hari secara rutin dan sistematis? Apakah setelah meminta sesuatu hal, anda menunggu penyertaan Tuhan terlebih dahulu atau sudah bikin rencana dan menjalankannya sendiri? Seberapa sering waktu kita meminta, kita tidak mencari apa pimpinan Tuhan untuk hal tersebut, melainkan sudah punya suatu cara dan rencana sendiri untuk mendapatkannya.

Apakah saudara berdoa? Jika iya, berapa lama dalam satu hari (24 jam) yang anda habiskan untuk berdoa secara privat kepada Dia? Apakah kita menjadikan doa sebagai sesuatu yang utama, atau menjadikannya sekedar suplemen sembari kita mengerjakan sesuai dengan rencana kita saja?

2. Futile Asking ( Meminta secara sia-sia)

Apakah waktu meminta saudara melakukannya dengan sungguh-sungguh sepenuh hati?  Apakah waktu anda berdoa, kalimat itu sungguh-sungguh berasal dari hati, atau sekedar suatu kalimat manis dan hapalan belaka? Banyak orang yang berdoa dengan menggunakan buku berisi format / panduan doa. Hal itu baik, tetapi jika hanya dibaca tanpa dimaknai, tidak ada gunanya.

Bayangkan jika dalam sebuah keluarga. Seorang anak yang menginginkan sesuatu, bukannya berbicara apa adanya kepada orangtuanya, tetapi malah mencari format-format doa lalu membacakannya kepada orangtuanya?

Jika tujuan dari permintaan kita bukanlah untuk memuliakan Allah melainkan memuliakan diri, dapat dipastikan permintaan kita tidak akan dipenuhi. Kita musti ingat, bahwa Tuhan ingin agar kita mendekat kepada Dia. Jika kita meminta suatu hal yang Dia tau akan menjauhkan diri kita kepadaNya, mungkinkah hal itu akan diberikan kepada kita? Coba uji apakah permintaan kita membuat kita semakin dekat atau jauh kepadaNya?


3. Praying Improperly (Berdoa secara tidak sepatutnya)

Spurgeon mengatakan, jika Tuhan kita adalah api yang menghanguskan (Deuteronomy 4:24), mungkinkah kita bisa berelasi dengan Tuhan jika tidak ada api dalam doa kita? Apakah saudara memiliki sikap yang sungguh-sungguh meminta belas kasihan dari padanya dengan berlutut? Atau saudara berdoa sambil tiduran? Apakah saudara berdoa secara sungguh-sungguh dengan iman dan percaya bahwa Ia akan memberikannya? Sebuah doa yang dipenuhi dengan perasaan keraguan seperti sebuah permohonan untuk penolakan.

Bayangkan jika anda menulis sebuah surat kepada teman anda dan mengatakan seperti ini, "Dear friend, I am in great trouble. I am telling you this and asking for your help, because it seems right to do so. But though I am writing to you, I do not believe you will send me any help. Indeed, I would be shocked if you did, and I would speak of it as a great wonder."


4. The Previllege of Prayer (Hak istimewa untuk berdoa)

Spurgeon melihat doa sebagai suatu hak istimewa yang diberikan kepada kita. Kita harus berdoa, dan itu seharusnya menjadi hal yang pertama muncul di pikiran kita saat kita sedang memerlukan sesuatu. Seseorang yang sungguh-sungguh dekat dengan Tuhan, akan melihat doa sebagai sesuatu yang senatural selayaknya nafas. Kiranya setiap kita melihat doa sebagai sesuatu yang natural dan tidak perlu untuk didorong faktor tertentu baru akhirnya berdoa.

Tuhan akan mengabulkan permintaan kita jika kita memintanya dengan benar. Jika saudara memiliki kesulitan, bicaralah kepada Dia apa adanya. Jadikan doa kepada Tuhan sebagai satu tindakan pertama, bukan suatu tindakan terakhir setelah usaha sendiri akhirnya berujung kegagalan. Tetapi selalu ingat, bahwa Tuhan akan memberikan sesuatu yang terbaik menurut Dia. Jika kita meminta kekayaan misalnya, dan hal itu nantinya akan membuat diri kita menjauhi Tuhan, mungkinkah Tuhan mengabulkannya? Bukankah justru jika Dia mengabulkannya, itu menjadi sebuah malapetaka besar untuk kita?


Sekiranya kita semua mau belajar untuk berdoa dan menjalin sesuatu relasi yang dekat dengan Tuhan. Jangan cuma cari Dia saat susah saja, dan menempatkannya di posisi terakhir setelah usaha-usaha diri sendiri gagal.

Semoga memberkati. Soli Deo Gloria



Dino

Comments

Popular Post

6 ciri-ciri pertobatan yang sejati

My Experience - Food Combining VS Autoimmune

Food Combining Changed My Life