Let men do the chasing
Satu atau dua minggu yang lalu, saya mendapatkan rekomendasi dari kakak saya untuk membaca buku yang ditulis oleh Elisabeth Elliot. Tentu namanya sudah saya kenal sebelumnya, dia adalah seorang misionaris dan merupakan istri dari Jim Elliot, misionaris yang mati martir di Afrika. Tetapi saya belum pernah membaca buku yang ditulis olehnya.
Tidak lama sesudahnya, saya pun pergi ke toko buku bekas di daerah Rockdale, Sydney. Di sana saya menemukan ada 3 buku yang ditulis oleh Elisabeth Elliot, yaitu Let me be a women, Passion and Purity, Discipline: The glad surrender. Berhubung judul buku yang pertama kayaknya perempuan sekali, saya membeli buku yang kedua dan ketiga saja.
Passion and Purity mungkin adalah salah satu buku terbaik yang saya baca tahun ini. Buku ini mengisahkan perjalanan percintaan dari Elisabeth Elliot dan Jim Elliot. Di dalamnya, kita belajar mengenai konsep hubungan antara laki-laki dan perempuan yang berlandaskan kesucian dan takut akan Dia.
Saya secara pribadi mendapatkan begitu banyak anugerah Tuhan saat membaca buku ini. Kesaksian dan pengalaman yang dibukukan oleh Elisabeth, memberikan suatu gambaran yang nyata serta aplikatif dalam kehidupan kita sehari-hari. Buku ini sangat baik untuk orang yang mengalami pergumulan di bidang percintaan.
Elisabeth menceritakan pergumulan yang dia alami dan nasihat apa yang harus dilakukan oleh perempuan Kristen, dan batasan-batasan apa yang harus diketahui. Ada banyak prinsip yang dia ajarkan, detailnya bisa dibaca langsung dalam bukunya. Tetapi mungkin yang paling berkesan untuk saya adalah "Learn to wait, be patient, let men do the chasing."
"Perempuan selalu ingin untuk mengambil inisiatif terlebih dahulu. Kesabaran tidak secara alami ada di dalam diri kita, tetapi hal itu menjadi satu aspek penting untuk seseorang mau belajar untuk percaya"
Tentunya hal ini tidak mudah untuk di jalankan. Bisa dibayangkan mungkin kalo seorang perempuan yang suka sama seorang laki-laki, tetapi rasanya si laki-laki ini ragu-ragu untuk mau ngedeketin. Pasti perempuannya kesal sendiri dan ingin sekali mengambil suatu inisiatif agar semuanya bisa jelas. Tetapi Elisabeth mengingatkan kita untuk menyadari bahwa adanya ordo atau batasan-batasan yang tidak bisa dilewati oleh seorang perempuan, tidak peduli seberapa 'ngebet' nya dia. Di bawah ini adalah salah satu contoh kasus yang serupa.
Sang perempuan sudah merasa yakin sekali bahwa Tuhan menunjukkan laki-laki ini untuknya. Di dalam ketidaksabarannya, dia menjadi seseorang yang mengambil inisiatif, bukannya laki-laki tersebut. Elisabeth mengingatkan kita akan ordo dan batasan-batasan yang ada. Jika Tuhan berbicara itu kepada kamu (perempuan), dan jika itu memang kehendakNya, Dia sendiri juga yang akan berbicara kepada orang itu (laki-laki). So, learn to wait, be patient, and let men do the chasing.
Following the lord is very simple, but not easy.
Saya juga mendadak teringat satu kejadian di mana ada seorang anak muda mendatangi dan berbicara kepada C. H. Spurgeon. Anak muda itu mengatakan bahwa Tuhan berbicara kepada dia, untuk berkhotbah di kebaktian minggu besok. Spurgeon memberikan satu jawaban yang sangat menarik. "Tentu saya akan mengizinkan engkau untuk berkhotbah di hari minggu ini, tetapi tunggu sampai Tuhan mengatakan hal tersebut kepada saya. Tuhan yang sama, yang memberitahukan kepada kamu pasti juga akan memberitahukan ke saya, jika hal itu memang benar."
Jika Tuhan berbicara kepada kita bahwa orang itu adalah pasangan kita, percayalah juga bahwa Dia akan menanamkan perasaan yang sama dalam diri orang tersebut, kecuali ya Tuhannya tidak sama (U know what I mean). Learn to wait, be patient, and let men do the chasing.
Tulisan ini didedikasikan untuk seseorang yang dengan iman, pergumulan, dan doa kepada Tuhan, menyerahkan sepenuhnya kepada Dia. Tidak mengambil inisiatif sendiri, tetapi dengan iman percaya bahwa Tuhan yang akan menaruh perasaan yang sama ke orang tersebut. Dengan suatu iman dan kesabaran, percaya bahwa Tuhan sendiri yang akan menggerakan laki-laki tersebut. Learn to wait, be patient, and let men do the chasing.
Terima kasih untuk kesabarannya. Kiranya kita semakin bertumbuh mengenal Tuhan dalam relasi ini.
Note: Dalam beberapa kasus, perempuan boleh kasih hint sedikit.
Semoga memberkati
Soli Deo Gloria
Dino
Tidak lama sesudahnya, saya pun pergi ke toko buku bekas di daerah Rockdale, Sydney. Di sana saya menemukan ada 3 buku yang ditulis oleh Elisabeth Elliot, yaitu Let me be a women, Passion and Purity, Discipline: The glad surrender. Berhubung judul buku yang pertama kayaknya perempuan sekali, saya membeli buku yang kedua dan ketiga saja.
Passion and Purity mungkin adalah salah satu buku terbaik yang saya baca tahun ini. Buku ini mengisahkan perjalanan percintaan dari Elisabeth Elliot dan Jim Elliot. Di dalamnya, kita belajar mengenai konsep hubungan antara laki-laki dan perempuan yang berlandaskan kesucian dan takut akan Dia.
Saya secara pribadi mendapatkan begitu banyak anugerah Tuhan saat membaca buku ini. Kesaksian dan pengalaman yang dibukukan oleh Elisabeth, memberikan suatu gambaran yang nyata serta aplikatif dalam kehidupan kita sehari-hari. Buku ini sangat baik untuk orang yang mengalami pergumulan di bidang percintaan.
Elisabeth menceritakan pergumulan yang dia alami dan nasihat apa yang harus dilakukan oleh perempuan Kristen, dan batasan-batasan apa yang harus diketahui. Ada banyak prinsip yang dia ajarkan, detailnya bisa dibaca langsung dalam bukunya. Tetapi mungkin yang paling berkesan untuk saya adalah "Learn to wait, be patient, let men do the chasing."
"Perempuan selalu ingin untuk mengambil inisiatif terlebih dahulu. Kesabaran tidak secara alami ada di dalam diri kita, tetapi hal itu menjadi satu aspek penting untuk seseorang mau belajar untuk percaya"
Sang perempuan sudah merasa yakin sekali bahwa Tuhan menunjukkan laki-laki ini untuknya. Di dalam ketidaksabarannya, dia menjadi seseorang yang mengambil inisiatif, bukannya laki-laki tersebut. Elisabeth mengingatkan kita akan ordo dan batasan-batasan yang ada. Jika Tuhan berbicara itu kepada kamu (perempuan), dan jika itu memang kehendakNya, Dia sendiri juga yang akan berbicara kepada orang itu (laki-laki). So, learn to wait, be patient, and let men do the chasing.
Following the lord is very simple, but not easy.
Saya juga mendadak teringat satu kejadian di mana ada seorang anak muda mendatangi dan berbicara kepada C. H. Spurgeon. Anak muda itu mengatakan bahwa Tuhan berbicara kepada dia, untuk berkhotbah di kebaktian minggu besok. Spurgeon memberikan satu jawaban yang sangat menarik. "Tentu saya akan mengizinkan engkau untuk berkhotbah di hari minggu ini, tetapi tunggu sampai Tuhan mengatakan hal tersebut kepada saya. Tuhan yang sama, yang memberitahukan kepada kamu pasti juga akan memberitahukan ke saya, jika hal itu memang benar."
Jika Tuhan berbicara kepada kita bahwa orang itu adalah pasangan kita, percayalah juga bahwa Dia akan menanamkan perasaan yang sama dalam diri orang tersebut, kecuali ya Tuhannya tidak sama (U know what I mean). Learn to wait, be patient, and let men do the chasing.
Tulisan ini didedikasikan untuk seseorang yang dengan iman, pergumulan, dan doa kepada Tuhan, menyerahkan sepenuhnya kepada Dia. Tidak mengambil inisiatif sendiri, tetapi dengan iman percaya bahwa Tuhan yang akan menaruh perasaan yang sama ke orang tersebut. Dengan suatu iman dan kesabaran, percaya bahwa Tuhan sendiri yang akan menggerakan laki-laki tersebut. Learn to wait, be patient, and let men do the chasing.
Terima kasih untuk kesabarannya. Kiranya kita semakin bertumbuh mengenal Tuhan dalam relasi ini.
Note: Dalam beberapa kasus, perempuan boleh kasih hint sedikit.
Semoga memberkati
Soli Deo Gloria
Dino
Hi Dino,
ReplyDeleteThank you for sharing... in fact, this is me 2 months ago... Hahahahahahha
Saking semangatnya karena "membalas cintanya", gue mengambil inisiatif dan analisis yang GA TEPAT sama sekali, bahkan berkonsultasi dengan yang tidak seiman (karena doi juga ga seiman - Nah Lho!).
Kalo gue boleh sharing sedikit, tinggal di lingkungan internasional ada banyak baik buruknya - salah satu buruknya adalah pertumbuhan kekristenan yang terhambat. Kenapa? Karena semua ukurannya dunia, bukan Kristus - termasuk dalam hal percintaan. Pengalaman dua kali menyatakan cinta ke dua laki-laki yang berbeda di waktu dan lokasi yang berbeda pula (yang menurut gue suka sama gue tapi terlalu lambat), dan dengan asas feminisme-gender equality karena kita hidup di era globalisasi modern. Dua-duanya berakhir kekalahan telak dengan tangisan seminggu dua kali dan malu luar biasa hingga hubungan pertemanan hancur cuma gara-gara ego pribadi yang dikompori pemikiran rasional versi dunia. Bodohnya gue ga sabar dan ga ngikutin Tuhan karena terpengaruh untuk tidak terlalu "konservatif". Yah, mau gimana lagi udah kejadian. Gue cuma bisa berdoa dan memberkati dia lewat doa karena udah ga ada komunikasi sama sekali. Gue masih berdoa untuk rekonsiliasi dengan dia, karena kita dulu deket dan gue hancurin semua itu. Kalo inget Amsal 14:1 Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya, tetapi yang bodoh meruntuhkannya dengan tangannya sendiri. Hahahahahahha
Terima kasih ya sudah sharing. Tulisan lo banyak bantu gue. Terutama saat ini gue jauh banget dari keluarga dan komunitas Kristen - gue masih di Kosta Rika dan walaupun gue belajar tentang Peace Studies, damai/perdamaian yang gue punya beda dan kehidupan para "pencari dan penjaga perdamaian" inipun sangat berbeda. Gue beberapa kali kena tegur karena terlalu Kristen - mereka heran liat gue sebelum makan tangan dilipat mata ditutup dan berdoa.
Tuhan Yesus memberkati ya Dino... Salam buat keluarga :)
Yah.... gue lupa... ini Anjelir, Din... Hahaahahaha...
DeleteWah. Senang mendengar tulisan gw menjadi berkat untuk orang lain. Terus cari dan kenal Tuhan ya! Gw baru aja pindah kota ke Cairns dari Sydney, dan dalam 7 bulan terakhir di Australia, gw merasakan sekali bahwa Tuhan memimpin. Meskipun pindah ke negara modern yang sepertinya 'menekan' Kekristenan, justru di saat yang sama gw semakin bertumbuh. Kiranya kita boleh sama-sama bertumbuh, dan jika Tuhan berkehendak kita akan ketemu lagi.
Delete