Tulisan Singkat Tentang Semiotika Ditinjau Melalui Aspek Historis
Ini adalah kali pertama saya menulis mengenai Semiotika. Saya mulai mengenal dunia semiotika berlangsung kurang lebih setahun yang lalu. Sebelum masuk lebih dalam mengenai hal ini, saya akan mengambil sebuah definisi dari orang yang sangat berperan dalam pengembangan keilmuan ini, yaitu ahli linguistik asal Swiss yang bernama Ferdinand de Saussure.
Dalam bukunya yang berjudul Course in the General of Linguistic, Saussure menjelaskan bahwa semiotika adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan-kehidupan tanda dalam masyarakat. Semiotika akan menunjukkan apa yang merupakan tanda-tanda serta aturan yang mengatur mereka. Barangkali hanya dengan melihat definisi, pemahaman kita masih dirasakan terlalu kurang jelas atau kabur. Tetapi, jika kita telah mempelajari dengan cukup baik, kita bisa mengaplikaskannya dalam kehidupan sehari-hari.
Jika kita melihat perkembangan semiotika dari sisi sejarah, kita akan menemukan bahwa terdapat 2 tokoh yang paling berpengaruh (paling tidak jika kita mengacu kepada teks yang ditulis oleh John Fiske). Yang pertama adalah C.S Pierce, seorang filsuf besar yang berasal dari Amerika. Pemikiran Pierce yang paling terkenal adalah Triadic Semiotic. Kedua, seorang ahli linguistik yang berasal dari swiss yaitu Ferdinand de Saussure.
Meskipun semiotika lebih berkembang dari segi filsafat dan linguistik (bahasa), tetapi sebenarnya dimulai dalam dunia medis atau kedokteran. Sejak zaman Hippocrates, istilah semiotika telah digunakan dalam mempelajari tanda dan kaitannya dengan penyakit-penyakit. Bahkan tidak hanya Hippocrates, tetapi filsuf besar seperti Plato, Aristoteles, Agustinus dan John Locke juga memunculkan studi-studi tentang tanda dalam tulisan mereka.
Saya pribadi baru mempelajari pemikiran-pemikiran tokoh semiotika yang berasal dari Eropa (sejauh ini Saussure, Roland Barthes, Christian Metz). Entah kenapa, pemikiran Pierce sangat sulit dipahami meskipun telah menghabiskan waktu cukup banyak untuk memahaminya. Setiap tokoh memiliki fokus dan cara pikirnya masing-masing dalam menggunakan semiotika. Sampai saat ini terdapat puluhan ahli semiotika yang memiliki teorinya masing-masing.
Misalnya saja dalam jurnal "Semiotika Sinema Diskursif" yang ditulis oleh J. A. Wempi. Mengacu kepada jurnal tersebut, paling tidak terdapat 20 teori semiotika yang dikembangkan. Tokoh tersebut adalah: Saussure, Pierce, Metz, Barthes, Lotman, Leeuwen, Derida, Eco, Fontanille, Genette, Greimas, Hjelmslev, Jacobson, Klienberg, Kristeva, Riffatere, Todorov, Wittgenstein, Rastier, dan Zilberberg.
Berdasarkan pengamatan saya pribadi, pendekatan semiotika yang sering digunakan oleh mahasiswa adalah Pierce, Metz, dan Barthes. Sekarang ini, ilmu semiotika sering digunakan untuk menganalisis objek dari komunikasi praktis misalnya Iklan, Tari, Lagu, Film, dst. Dari sekian puluh nama yang ada diatas, saya pun membuat sebuah skripsi dengan menggunakan semiotika dari Barthes.
Jika masih memiliki kesempatan, saya akan mencoba untuk menulis secara khusus mengenai semiotika Roland Barthes.
Penulis merupakan mahasiswa aktif jurusan advertising di LSPR Jakarta.
Comments
Post a Comment